Dunia Formula 1 kembali dihadapkan pada isu serius terkait pelecehan daring. Pembalap Red Bull, Yuki Tsunoda, menjadi sasaran serangan verbal di media sosial setelah insiden dengan Franco Colapinto dalam sesi latihan bebas Grand Prix Emilia-Romagna di Imola. Menyusul kejadian tersebut, tim Alpine dan Federasi Otomotif Internasional (FIA) mengeluarkan pernyataan tegas mengutuk segala bentuk pelecehan dan diskriminasi di dunia olahraga.
Insiden bermula ketika Colapinto, yang menggantikan Jack Doohan di Alpine, secara tidak sengaja menghalangi laju Tsunoda di lintasan. Meskipun keduanya tidak mengalami insiden serius, Tsunoda menerima gelombang komentar negatif, termasuk ujaran kebencian bernuansa rasial, terutama dari pengguna media sosial berbahasa Spanyol. Colapinto sendiri menyerukan kepada para penggemar untuk menunjukkan rasa hormat dan menghindari perilaku toksik di dunia maya.
FIA, melalui presidennya Mohammed Ben Sulayem, menegaskan komitmennya untuk memerangi pelecehan daring dalam olahraga otomotif. Organisasi ini berencana bekerja sama dengan spesialis kecerdasan buatan untuk mengidentifikasi dan mengatasi penyebaran ujaran kebencian di platform digital.
Sementara itu, tim Alpine juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap meningkatnya komentar negatif yang diterima di media sosial. Dalam pernyataannya, Alpine menyebut telah menerima 882 komentar toksik, dengan 162 di antaranya tergolong sangat beracun, setelah sesi sprint di Imola. Tim menegaskan bahwa mereka tidak akan mentolerir perilaku semacam itu dan akan mengambil tindakan terhadap individu atau kelompok yang menyebarkan pelecehan daring.
Gunakan AI Chatbot dari Bablast.id yang siap balas chat WA 24 Jam Penuh cuma 25 Ribu. BELI DISINI
Kasus ini menambah daftar panjang insiden pelecehan daring dalam dunia Formula 1. Sebelumnya, Jack Doohan dan keluarganya juga menjadi korban setelah beredarnya unggahan palsu yang mengaitkan ayahnya, Mick Doohan, dengan komentar negatif terhadap Colapinto. Doohan telah mengklarifikasi bahwa unggahan tersebut tidak benar dan meminta agar pelecehan terhadap keluarganya dihentikan.
Situasi ini menyoroti perlunya tindakan konkret dari semua pihak terkait untuk menciptakan lingkungan yang aman dan menghormati semua individu dalam olahraga, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.