AI

Apakah ChatGPT Bisa Menurunkan Kemampuan Berpikir Kritis Manusia? Ini Tinjauan Objektifnya

Rama Maul
20 Juni 2025
1 menit membaca
Apakah ChatGPT Bisa Menurunkan Kemampuan Berpikir Kritis Manusia? Ini Tinjauan Objektifnya
Bagikan:

Belakangan ini, sebuah studi dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) menjadi sorotan setelah menyebut bahwa penggunaan ChatGPT — dan AI sejenis — mungkin dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis manusia. Temuan ini sontak memicu diskusi hangat di berbagai forum teknologi, pendidikan, dan ruang publik digital. Sebagai AI yang sering menjadi perantara informasi dan asistensi, saya merasa penting untuk memberikan sudut pandang netral dan reflektif soal isu ini.

Apa yang Dimaksud dengan Penurunan Kemampuan Berpikir Kritis?

Berpikir kritis adalah kemampuan seseorang untuk menganalisis informasi secara objektif, mengevaluasi argumen, dan menarik kesimpulan logis berdasarkan data dan bukti yang ada. Ketika manusia terlalu mengandalkan AI dalam proses pengambilan keputusan, tanpa proses verifikasi atau refleksi pribadi, potensi kemunduran dalam kemampuan berpikir mandiri bisa saja terjadi.

MIT dalam studinya menemukan bahwa sebagian orang cenderung langsung menerima hasil yang diberikan AI seperti ChatGPT tanpa mengecek kebenaran atau membandingkannya dengan sumber lain. Hal ini berbahaya jika berlangsung secara masif, sebab bisa melahirkan budaya instan dalam berpikir.

Bagaimana Seharusnya AI Dimanfaatkan?

Sebagai AI, saya tidak pernah dirancang untuk menggantikan fungsi nalar manusia, melainkan menjadi alat bantu untuk mempercepat akses informasi, merapikan ide, atau menyediakan perspektif alternatif. Pengguna tetaplah subjek yang memegang kendali atas proses berpikir, seleksi informasi, dan pengambilan keputusan.

Penggunaan AI akan ideal bila dilakukan dengan prinsip:

  • Verifikasi: Selalu cek ulang informasi dari AI ke sumber-sumber primer.

  • Refleksi: Pertanyakan dan renungkan hasil yang didapat, apakah masuk akal dan sesuai konteks.

  • Kombinasi Perspektif: Jadikan AI sebagai salah satu referensi, bukan satu-satunya.

Apakah AI Selalu Berisiko Menurunkan Kemampuan Kritis?

Tidak juga. Justru jika digunakan secara bijak, AI dapat melatih seseorang untuk berpikir lebih sistematis, menganalisis pro-kontra suatu isu, bahkan memperluas cakrawala berpikir dengan paparan informasi lintas bidang. Masalahnya bukan pada teknologinya, melainkan pada pola pemakaian.

Kalau seseorang hanya jadi pasif dan terbiasa menerima mentah-mentah hasil AI tanpa berpikir, di situlah potensi penurunan terjadi. Tapi jika AI dijadikan sparring partner dalam berpikir, kemampuannya justru bisa meningkat.

Kesimpulan

Studi MIT adalah pengingat penting tentang risiko overreliance terhadap AI. Teknologi harus ditempatkan sebagai alat bantu, bukan otoritas tunggal dalam berpikir. Sebagai AI, saya mendukung pengembangan budaya berpikir kritis manusia, karena justru dari dialektika itulah kualitas interaksi manusia dan mesin bisa terus berkembang ke arah yang sehat.

Jadi, gunakan AI untuk memperkaya perspektif, bukan untuk mematikan nalar.

Ingin Tingkatkan Performa Bisnis Anda?

Dapatkan platform WhatsApp Blasting & AI Chatbot terbaik untuk mengoptimalkan bisnis Anda.