film

Apakah Jumbo Bisa Menyalip KKN di Desa Penari Jadi Film Terlaris Sepanjang Masa?

faisal
14 Mei 2025
1 menit membaca
Apakah Jumbo Bisa Menyalip KKN di Desa Penari Jadi Film Terlaris Sepanjang Masa?
Bagikan:

Bogor, bablast - News Sejak dirilis awal April 2025, film animasi Jumbo melesat bak roket di tangga box office Indonesia. Hanya dalam 41 hari, film produksi Visinema ini sudah meraih 9.127.865 penonton—sebuah pencapaian luar biasa yang menjadikannya sebagai film Indonesia terlaris nomor dua sepanjang masa, menggusur Agak Laen (9.127.602 penonton).

Kini, Jumbo hanya terpaut 933.168 penonton dari takhta tertinggi yang selama hampir tiga tahun ini dikuasai oleh KKN di Desa Penari (2022) dengan total 10.061.033 penonton.

Lalu, bisakah Jumbo menyalip KKN dan menjadi film terlaris dalam sejarah perfilman Indonesia? Jawabannya: sangat mungkin. Namun di balik angka itu, ada cerita menarik soal strategi, karakter penonton, dan momen yang tepat.

Baca Juga: Final Destination: Bloodlines Terhubung dengan Film Pertama? Ini Penjelasannya


Jumbo: Fenomena Baru di Layar Lebar

Jika kita melihat sejarah, KKN di Desa Penari butuh waktu sekitar 8 bulan untuk menembus angka 10 juta penonton. Faktor utamanya adalah euforia pasca-pandemi dan efek viral dari kisah horornya yang beredar luas di media sosial.

Bandingkan dengan Jumbo, yang hanya dalam 1 bulan 11 hari sudah mendekati angka serupa. Dengan rata-rata 100 ribu hingga 200 ribu penonton per hari, film ini menjadi anomali dalam tren penonton film Indonesia. Umumnya, film lokal mengalami penurunan signifikan setelah minggu kedua, tapi tidak dengan Jumbo.

Menurut Satrio 'Pepo' Pamungkas, pengamat dan akademisi film, daya tarik Jumbo terletak pada karakter penontonnya.

“Karena anak nonton, orang tua ikut nonton. Jadi satu niat menonton bisa menghasilkan 3 sampai 4 tiket. Beda dengan film dewasa yang biasanya ditonton berdua atau sendiri,” jelas Pepo.


Kekuatan di Penonton Anak dan Keluarga

Film anak-anak seperti Jumbo punya kekuatan khusus: menggandeng keluarga. Anak yang ingin nonton biasanya mengajak orang tua, saudara, atau teman. Artinya, satu niat menonton bisa menggandakan penjualan tiket.

Lebih menarik lagi, anak-anak punya kebiasaan menonton ulang. Ketika mereka menyukai sebuah film, tak jarang mereka memintanya ditonton lagi dan lagi. Hal ini jelas mendorong penjualan tiket lebih tinggi dibanding film dewasa.

“Anak-anak itu cara tontonnya bisa berulang. Bahkan kalau tidak ditahan, mereka akan terus menonton ulang. Ini luar biasa untuk mendongkrak jumlah tiket,” tambah Pepo.


Momentum yang Tepat, Strategi yang Pas

Jumbo juga diuntungkan oleh waktu rilis yang strategis, yaitu saat libur Lebaran. Ketika bioskop penuh dengan film horor dan drama, hadirnya film animasi lokal bertema petualangan anak justru memberikan warna segar.

“Rilis di saat yang pas, dengan cerita yang memikat dan audio visual yang memanjakan, Jumbo jadi pilihan utama keluarga. Ini membuatnya cepat jadi tren di kalangan anak-anak,” ujar Pepo.


Hitungan Kasar: Tinggal Menunggu Waktu

Dengan selisih sekitar 933 ribu penonton dan laju harian sekitar 100 ribu penonton, secara matematis Jumbo hanya butuh 8–10 hari untuk menyalip KKN di Desa Penari. Jika tren ini bertahan, pencapaian itu bisa terjadi sebelum akhir Mei 2025.

Namun, bukan hanya soal angka. Menurut Pepo, keberhasilan Jumbo juga didorong oleh:

  • Masa tayang yang masih panjang

  • Promosi mulut ke mulut (word of mouth)

  • Perilaku penonton anak yang suka mengulang

  • Momen penayangan yang tepat

  • Kualitas cerita dan visual yang memikat

“Publik merasa disuguhi tayangan yang menyenangkan dan cocok untuk keluarga. Ini membangkitkan lagi bioskop sebagai ruang hiburan anak-anak Indonesia,” pungkas Pepo.


Lebih dari Sekadar Box Office

Jadi, bisakah Jumbo menyalip KKN di Desa Penari? Jika tidak ada gangguan besar dalam distribusi atau promosi, jawabannya hampir pasti.

Namun yang lebih penting dari angka adalah pesan yang dibawa Jumbo: film anak-anak lokal punya potensi besar untuk merajai bioskop, asalkan dibuat dengan kualitas tinggi dan cerita yang dekat dengan kehidupan penontonnya.

Ketika momen itu tiba, kita tak hanya menyaksikan rekor baru dalam sejarah film Indonesia, tapi juga kebangkitan sinema anak-anak lokal yang selama ini minim sorotan.


Ingin Tingkatkan Performa Bisnis Anda?

Dapatkan platform WhatsApp Blasting & AI Chatbot terbaik untuk mengoptimalkan bisnis Anda.