Semarang, Jawa Tengah – Hujan deras yang mengguyur wilayah Semarang dan sekitarnya selama beberapa hari terakhir menyebabkan banjir besar di sejumlah titik. Tak hanya melumpuhkan aktivitas warga, bencana ini juga menelan dua korban jiwa. Pemerintah daerah kini tengah berupaya mengevakuasi warga terdampak serta mempercepat penanganan banjir yang disebut terparah sepanjang tahun 2025 ini.
Banjir Meluas, Aktivitas Warga Lumpuh
Sejak akhir pekan lalu, curah hujan tinggi disertai meluapnya Sungai Banjir Kanal Timur dan Kali Bringin membuat air merendam pemukiman di beberapa kecamatan, seperti Genuk, Pedurungan, Gayamsari, dan Tembalang.
Ketinggian air di beberapa titik bahkan mencapai 1 meter, membuat ratusan rumah warga tak bisa dihuni.
Sejumlah fasilitas umum seperti jalan utama, sekolah, dan pasar tradisional juga ikut terendam. Akibatnya, banyak warga harus mengungsi ke tempat yang lebih aman, seperti balai kelurahan dan masjid.
“Air mulai naik sejak Sabtu malam. Kami tidak sempat menyelamatkan banyak barang, hanya pakaian dan dokumen penting,” ujar Slamet (52), warga Genuk, saat ditemui di posko pengungsian.
Dua Warga Tewas, Puluhan Dievakuasi
Tim SAR dan BPBD Kota Semarang melaporkan dua korban meninggal dunia akibat banjir tersebut.
Korban pertama, Sulastri (47), warga Pedurungan, ditemukan meninggal setelah terseret arus saat mencoba menyelamatkan barang-barangnya.
Korban kedua adalah Rifki (10), bocah asal Genuk yang terseret air saat bermain di sekitar sungai yang meluap.
Selain dua korban jiwa, sedikitnya 56 warga dievakuasi menggunakan perahu karet karena rumah mereka terisolasi banjir.
BPBD juga mencatat lebih dari 1.200 kepala keluarga terdampak dan kini membutuhkan bantuan logistik, seperti makanan, air bersih, dan selimut.
Pemerintah dan Relawan Turun ke Lapangan
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, turun langsung meninjau lokasi banjir dan memastikan penanganan cepat bagi warga terdampak.
Ia menyebut penyebab utama banjir kali ini adalah intensitas hujan ekstrem dan drainase yang tidak mampu menampung debit air.
“Kami sudah kerahkan seluruh armada untuk evakuasi dan bantuan logistik. Fokus utama kami adalah keselamatan warga,” ujar Hevearita.
Relawan dari berbagai organisasi, termasuk PMI, Tagana, dan mahasiswa setempat, ikut membantu menyalurkan bantuan dan membuat dapur umum di beberapa titik pengungsian.
Dampak Ekonomi dan Infrastruktur
Selain kerugian material di sektor perumahan, banjir juga berdampak besar pada aktivitas ekonomi warga.
Banyak pedagang tidak bisa berjualan karena pasar tergenang air, dan beberapa jalan utama seperti Jl. Kaligawe dan Jl. Majapahit lumpuh total akibat genangan.
Pihak Dinas PU Semarang mengaku tengah melakukan penyedotan air dan pembersihan saluran, namun upaya itu terkendala karena hujan masih terus turun setiap malam.
Upaya Penanganan dan Antisipasi
BPBD Kota Semarang bersama TNI dan Polri kini memperkuat posko siaga banjir di titik-titik rawan genangan.
Pemerintah daerah juga mengimbau warga agar tidak beraktivitas di dekat sungai dan siaga menghadapi potensi banjir susulan, mengingat prakiraan cuaca dari BMKG menunjukkan hujan intensitas sedang hingga lebat masih berpotensi terjadi hingga akhir pekan ini.
BMKG Stasiun Klimatologi Semarang menjelaskan bahwa fenomena La Nina lemah dan gelombang barat monsun menjadi pemicu meningkatnya curah hujan di wilayah utara Jawa.
Kesimpulan
Banjir besar yang melanda Semarang, Jawa Tengah, bukan hanya menyebabkan kerugian material, tapi juga merenggut dua korban jiwa.
Pemerintah dan tim relawan kini bergerak cepat untuk mengevakuasi warga dan menyalurkan bantuan, namun tantangan masih besar karena cuaca ekstrem belum menunjukkan tanda-tanda reda.
Tragedi ini menjadi pengingat bahwa pengelolaan drainase dan sistem peringatan dini bencana perlu ditingkatkan, agar bencana serupa tidak terus berulang setiap musim hujan datang.