Umum

Energi Positif vs Energi Negatif: Mengapa Penerimaan Orang Tidak Selalu Sama?

Riska
1 September 2025
1 menit membaca
Energi Positif vs Energi Negatif: Mengapa Penerimaan Orang Tidak Selalu Sama?
Bagikan:


Ada kenyataan pahit dalam hidup: tak peduli seberapa baik kita berusaha, tetap ada orang yang menangkap energi negatif dari kita. Kita tersenyum, menjaga sikap, bahkan menolong, namun masih ada yang salah paham. Mengapa hal ini bisa terjadi?


1. Energi Emosional Lebih Kuat dari Sekadar Sikap

Manusia tidak hanya membaca kata-kata atau perilaku, tapi juga energi emosional di baliknya. Saat kita berusaha baik, tetapi masih menyimpan rasa marah, kecewa, atau takut, orang lain bisa merasakannya tanpa sadar. Emosi yang belum tuntas akan keluar lewat nada bicara, bahasa tubuh, bahkan tatapan mata.

2. Bias Pikiran Orang Lain

Kadang masalah bukan pada kita, melainkan pada filter orang lain. Setiap orang melihat dunia melalui pengalaman dan luka batinnya. Jika seseorang pernah dikhianati, ia bisa lebih mudah curiga, meski kita tulus. Energi negatif yang mereka tangkap bisa jadi berasal dari luka mereka sendiri, bukan dari kita.

3. Konflik Internal dalam Diri

Berbuat baik bukan berarti bebas dari pergulatan batin. Misalnya, kita membantu orang tapi dalam hati masih ada rasa jengkel. Hasilnya, kebaikan itu terasa “bercampur”. Dunia luar sering kali merefleksikan kondisi batin yang belum sepenuhnya selaras.

4. Manusia Lebih Peka pada Negatif

Secara psikologis, otak manusia memang lebih peka pada hal-hal negatif. Inilah yang disebut negativity bias. Jadi, walaupun kita melakukan banyak hal baik, satu getaran negatif saja bisa lebih kuat terasa daripada seribu senyuman.

5. Kebaikan Tidak Selalu Sama dengan Keterhubungan

Kita bisa saja baik, tapi tidak semua orang cocok dengan energi kita. Seperti magnet, ada kutub yang saling tarik dan ada yang tolak. Kebaikan tidak selalu menjamin diterimanya kita—kadang hanya karena perbedaan energi dan frekuensi batin.


Mengapa Energi Positif Sangat Penting?

Jika energi negatif mudah ditangkap orang lain, maka energi positif jauh lebih berharga untuk kita latih dan pancarkan. Energi positif bukan sekadar berpikir optimis, tapi bagaimana hati, pikiran, dan tindakan selaras sehingga menciptakan aura yang nyaman bagi orang lain.

  • Energi positif menenangkan. Kehadiran orang yang tenang bisa membuat sekitar merasa aman tanpa banyak kata.

  • Energi positif menular. Senyuman tulus, ketulusan hati, dan rasa syukur bisa memengaruhi suasana orang lain.

  • Energi positif memperkuat daya tarik. Bukan sekadar fisik atau kepintaran, tapi orang cenderung tertarik pada mereka yang memberi rasa damai.

  • Energi positif menjadi perisai. Saat kita memancarkan energi baik, respon negatif orang lain tidak mudah masuk dan merusak batin kita.


Bagaimana Menumbuhkan Energi Positif?

  • Latih syukur setiap hari. Fokus pada apa yang ada, bukan apa yang hilang.

  • Sadari emosi. Jangan ditekan, tapi diolah hingga tenang.

  • Jaga pikiran. Apa yang kita pikirkan berulang akan jadi energi yang terpancar.

  • Dekat dengan sumber spiritual. Doa, meditasi, atau ibadah bisa menjadi “charger” energi positif paling kuat.


Kesimpulan

Energi negatif sulit diterima karena manusia lebih peka pada getaran batin dibanding sekadar tindakan lahiriah. Namun, energi positif adalah kunci—bukan hanya membuat orang lain nyaman, tapi juga melindungi diri kita dari luka batin yang tak perlu. Pada akhirnya, diterima atau tidak oleh orang lain bukanlah hal terpenting. Yang utama adalah bagaimana kita menjaga kualitas energi diri agar tetap jernih, tenang, dan penuh cahaya.


Ingin Tingkatkan Performa Bisnis Anda?

Dapatkan platform WhatsApp Blasting & AI Chatbot terbaik untuk mengoptimalkan bisnis Anda.