JAKARTA - Film animasi lokal terbaru, "Merah Putih: One for All", yang dijadwalkan tayang pada 14 Agustus 2025, menjadi sorotan tajam di media sosial. Alih-alih mendapatkan sambutan hangat, film ini justru menuai kritik pedas dari warganet, terutama terkait kualitas animasinya yang dinilai jauh dari ekspektasi.
Film "Merah Putih: One for All" diproduksi oleh Perfiki Kreasindo dengan dukungan Kementerian Ekonomi Kreatif. Film ini disutradarai oleh Endiarto dan Bintang Takari, serta diproduseri oleh Toto Soegriwo. Dengan durasi 70 menit, film ini mengangkat tema kebangsaan dan persatuan anak-anak dari berbagai latar budaya di Indonesia yang tergabung dalam "Tim Merah Putih". Mereka diberi tugas untuk menjaga bendera pusaka, namun bendera tersebut hilang tiga hari menjelang perayaan HUT ke-80 RI. Misi heroik pun dimulai untuk menemukan bendera tersebut.
Anggaran Produksi dan Kualitas Animasi Jadi Sorotan
Salah satu pemicu utama kontroversi adalah terungkapnya fakta bahwa biaya produksi film ini dilaporkan mencapai Rp 6,7 hingga Rp 6,8 miliar. Angka ini memicu pertanyaan besar dari publik terkait kualitas visual yang ditampilkan dalam trailer. Banyak warganet yang membandingkan kualitas animasi "Merah Putih: One for All" dengan film animasi lokal lainnya, seperti "Jumbo", yang sebelumnya sukses dan dipuji karena kualitasnya.
Seorang YouTuber, Yono Jambul, mengklaim bahwa beberapa aset yang digunakan dalam film, seperti latar jalanan dan beberapa karakter, diduga dibeli dari toko digital seperti Daz3D, bukan dibuat secara mandiri. Klaim ini semakin memperkuat kekecewaan warganet yang menilai kualitas animasi film ini seadanya dan terasa seperti "proyek tugas sekolah".
Tanggapan dari Pihak Produser
Menanggapi gelombang kritik ini, produser film, Toto Soegriwo, memberikan tanggapan melalui media sosialnya. Alih-alih memberikan klarifikasi mendalam, ia justru menuliskan sindiran, "Senyumin aja. Komentator lebih pandai dari pemain. Banyak yang mengambil manfaat juga kan? Postingan kalian jadi viral kan?". Tanggapan ini justru semakin memanaskan situasi dan menuai respons negatif tambahan dari warganet.
Meskipun demikian, film ini tetap dijadwalkan akan tayang serentak di bioskop mulai 14 Agustus 2025, bertepatan dengan momen perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia. Kontroversi yang terjadi menjelang penayangan ini menimbulkan spekulasi dan perdebatan di kalangan publik mengenai standar kualitas film animasi di Indonesia, terutama yang didanai dengan anggaran besar.