AI

Guru Besar AI keluar dari Google? Mengapa?

Riska
18 Maret 2025
1 menit membaca
Guru Besar AI keluar dari Google? Mengapa?
Bagikan:

Geoffrey Hinton

Geoffrey Hinton, yang dikenal sebagai "Godfather of AI", baru-baru ini mengundurkan diri dari Google setelah lebih dari satu dekade bekerja di perusahaan tersebut. Keputusan ini diambilnya untuk menyuarakan kekhawatiran tentang potensi bahaya kecerdasan buatan (AI) di masa depan tanpa terikat oleh kepentingan perusahaan.

Kekhawatiran utama Hinton adalah kemampuan AI generatif dalam menyebarkan informasi yang salah (misinformasi). Ia menyoroti bahwa teks, foto, dan video yang tidak sesuai fakta dapat dengan mudah beredar di dunia maya, yang berpotensi menyesatkan masyarakat.

Selain itu, Hinton juga mengkhawatirkan bahwa perkembangan AI dapat menggantikan pekerjaan manusia, yang dapat berdampak signifikan pada lapangan pekerjaan. Ia menekankan bahwa sulit untuk mencegah pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab menggunakan AI untuk tujuan yang merugikan.

Persaingan antar perusahaan teknologi dalam mengembangkan AI juga menjadi perhatian Hinton. Ia mencatat bahwa motivasi kompetitif dapat mendorong pengembangan AI tanpa mempertimbangkan implikasi etis dan keamanan, yang dapat meningkatkan risiko bagi umat manusia.

Dengan pengunduran dirinya, Hinton berharap dapat mendorong diskusi yang lebih luas tentang risiko dan dampak AI, serta mengajak komunitas global untuk mengambil langkah preventif dalam mengelola perkembangan teknologi ini.

Baca juga : DeepSeek vs ChatGPT: Persaingan AI di Era Digital

Guru Besar AI Geoffrey Hinton Mundur dari Google: Mengapa?

Geoffrey Hinton, yang dikenal sebagai "Godfather of AI", baru-baru ini mengundurkan diri dari Google setelah lebih dari satu dekade mengabdi di perusahaan tersebut. Hinton merupakan salah satu tokoh kunci dalam pengembangan neural network yang menjadi dasar dari banyak sistem kecerdasan buatan (AI) modern, termasuk ChatGPT, Google Bard, dan AI generatif lainnya.

Namun, meskipun sebelumnya sangat mendukung perkembangan AI, Hinton kini memilih keluar dari Google untuk menyuarakan kekhawatiran mendalam tentang bahaya AI. Ia ingin berbicara secara bebas tanpa ada batasan dari perusahaan, terutama terkait dampak negatif AI terhadap masyarakat dan manusia di masa depan.

Alasan Geoffrey Hinton Mundur dari Google

1. AI Berpotensi Menyebarkan Misinformasi Secara Masif

Salah satu kekhawatiran terbesar Hinton adalah kemampuan AI dalam menciptakan dan menyebarkan informasi yang salah. Dengan berkembangnya teknologi generatif seperti deepfake dan AI berbasis teks, foto, video, atau dokumen bisa dipalsukan dengan sangat meyakinkan, sehingga sulit membedakan antara yang asli dan yang manipulatif.

Menurut Hinton, AI bisa digunakan untuk tujuan yang tidak etis, seperti propaganda politik, penipuan, atau manipulasi opini publik. Ini bisa memperburuk disinformasi di internet dan mengancam demokrasi di berbagai negara.

"Saat ini kita bisa melihat AI digunakan untuk menulis artikel, membuat gambar, dan bahkan video. Bayangkan jika teknologi ini digunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab," ujar Hinton dalam wawancaranya.

Baca juga : CEO Telegram Tak Heran AI DeepSeek Buatan China Kalahkan AS

2. AI Bisa Menggantikan Pekerjaan Manusia Secara Masif

Selain masalah misinformasi, Hinton juga memperingatkan bahwa AI dapat mengancam jutaan pekerjaan manusia di berbagai sektor. Teknologi seperti chatbot, robot otomatis, dan sistem AI canggih lainnya semakin menggantikan pekerjaan manusia, terutama dalam bidang administrasi, layanan pelanggan, hingga industri kreatif.

"AI yang kita buat saat ini lebih pintar daripada kita dalam beberapa hal. Ini bisa jadi awal dari sesuatu yang lebih besar—dan kita tidak tahu apakah itu baik atau buruk," ungkap Hinton.

Meskipun AI dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas, kehilangan pekerjaan dalam skala besar bisa menyebabkan ketimpangan ekonomi dan meningkatnya angka pengangguran. Jika tidak dikelola dengan baik, hal ini bisa berdampak buruk bagi masyarakat.

3. Risiko AI yang Semakin Pintar dan Tak Terkendali

Hinton juga mengkhawatirkan bahwa AI akan menjadi terlalu cerdas dan sulit dikendalikan. Saat ini, model AI sudah bisa belajar sendiri tanpa perlu campur tangan manusia secara langsung.

Hinton bahkan membandingkan perkembangan AI dengan risiko yang lebih besar daripada perubahan iklim, karena dampaknya bisa terjadi dengan cepat dan sulit dihentikan.

"Hal yang menakutkan adalah kita belum memahami sepenuhnya bagaimana AI bekerja dan bagaimana menghentikannya jika suatu saat AI menjadi terlalu kuat," kata Hinton.

Ia juga menyoroti bahwa persaingan antar perusahaan teknologi seperti Google, Microsoft, dan OpenAI semakin memicu perlombaan dalam mengembangkan AI yang lebih canggih, tanpa memperhatikan etika dan keamanannya secara menyeluruh.

Dampak Pengunduran Diri Hinton dan Pesannya bagi Dunia

Dengan mundurnya dari Google, Hinton berharap dunia lebih serius dalam mengatur dan mengontrol perkembangan AI. Ia ingin para peneliti dan pemimpin dunia mulai memikirkan regulasi yang tepat sebelum AI berkembang lebih jauh tanpa kontrol yang memadai.

Beberapa hal yang ditekankan Hinton setelah pengunduran dirinya adalah:

Regulasi ketat terhadap AI agar tidak disalahgunakan.
Kolaborasi internasional untuk memastikan AI berkembang secara etis.
Kesadaran publik tentang risiko AI dan bagaimana cara menghadapinya.

Baca juga : WhatsApp Marketing: Strategi Efektif untuk Meningkatkan Penjualan dan Loyalitas Pelanggan

Pengunduran diri Hinton menjadi peringatan keras bagi dunia bahwa AI bukan sekadar alat yang mempermudah hidup, tetapi juga teknologi yang dapat membawa risiko besar jika tidak dikelola dengan baik.

"Saya menyesal dengan sebagian dari pekerjaan saya karena AI yang kita kembangkan kini mungkin lebih berbahaya dari yang kita duga," pungkas Hinton.

Kesimpulan

Keputusan Geoffrey Hinton untuk keluar dari Google menunjukkan bahwa bahkan para pencipta AI sendiri mulai khawatir dengan dampaknya. AI bisa menjadi alat yang luar biasa, tetapi tanpa kontrol yang tepat, ia bisa membawa risiko besar bagi umat manusia.

Sekarang, tantangan terbesar adalah bagaimana mengembangkan AI yang aman dan bermanfaat bagi semua orang tanpa menciptakan ancaman baru. Apakah dunia siap menghadapi era AI yang semakin maju? Jawabannya tergantung pada bagaimana kita bertindak mulai sekarang.

Ingin Tingkatkan Performa Bisnis Anda?

Dapatkan platform WhatsApp Blasting & AI Chatbot terbaik untuk mengoptimalkan bisnis Anda.