AI

ISIS Hingga Neo-Nazi Mulai Pakai AI untuk Sebar Propaganda, Waspada Terpengaruh

Abdul Faisal
30 Desember 2025
1 menit membaca
ISIS Hingga Neo-Nazi Mulai Pakai AI untuk Sebar Propaganda, Waspada Terpengaruh
Bagikan:

Artificial Intelligence selama ini dikenal sebagai teknologi yang memudahkan hidup manusia. Namun di balik manfaatnya, AI kini mulai dimanfaatkan oleh pihak-pihak berbahaya. Dalam beberapa tahun terakhir, kelompok ekstremis seperti ISIS hingga jaringan neo-Nazi dilaporkan mulai menggunakan AI untuk memperkuat propaganda dan menyebarkan ideologi mereka secara masif.

Propaganda yang dulu dibuat manual, kini bisa diproduksi secara otomatis, cepat, dan terlihat jauh lebih meyakinkan. Inilah yang membuat ancamannya menjadi lebih serius dibandingkan era sebelumnya.


Bagaimana AI Digunakan dalam Propaganda Ekstremis

1. Video dan Presenter Palsu Berbasis AI

Kelompok ekstremis mulai memproduksi video propaganda menggunakan figur presenter buatan AI. Sosok ini terlihat seperti pembaca berita sungguhan, lengkap dengan suara, gerak bibir, dan ekspresi wajah yang realistis. Mereka digunakan untuk menyampaikan pesan ideologis dengan gaya seperti siaran televisi resmi agar terlihat lebih kredibel.

Bagi masyarakat awam, konten seperti ini sangat sulit dibedakan dengan tayangan berita asli.


2. Kloning Suara Tokoh dan Figur Publik

Teknologi kloning suara juga mulai dimanfaatkan. Suara tokoh tertentu dapat ditiru untuk membuat rekaman pidato palsu yang seolah-olah benar-benar diucapkan oleh tokoh tersebut. Cara ini digunakan untuk memperkuat kesan legitimasi dan membangun emosi audiens.


3. Penyebaran Multibahasa Otomatis

Dengan bantuan AI, propaganda kini bisa diterjemahkan secara instan ke banyak bahasa. Ini membuat penyebaran ideologi ekstrem menjadi lintas negara dan lintas budaya, menjangkau lebih banyak orang dalam waktu singkat.


4. Pesan yang Dipersonalisasi

AI memungkinkan pembuatan pesan propaganda yang menyesuaikan minat dan kebiasaan pengguna internet. Artinya, setiap orang bisa menerima versi pesan yang berbeda, sesuai dengan apa yang sering mereka tonton atau cari di media sosial. Teknik ini membuat propaganda terasa lebih relevan dan “mengena” secara personal.


Neo-Nazi Tak Ketinggalan Memanfaatkan AI

Kelompok ekstremis sayap kanan, termasuk neo-Nazi, juga memanfaatkan AI untuk menyebarkan konten rasis dan ideologi kebencian. Mereka membuat audio, poster digital, hingga video berbasis AI yang disebarkan di platform media sosial, forum tertutup, dan aplikasi pesan instan.

Beberapa di antaranya bahkan membuat audiobook dan narasi ideologis dengan suara AI agar mudah dikonsumsi oleh pengikutnya.


Mengapa Ini Berbahaya?

1. Sulit Dibedakan dari Konten Asli

AI mampu menghasilkan gambar, suara, dan video yang tampak sangat nyata. Banyak orang tidak sadar bahwa konten yang mereka tonton adalah hasil rekayasa, sehingga berisiko menerima informasi palsu sebagai kebenaran.


2. Penyebaran Lebih Cepat dan Masif

Propaganda berbasis AI bisa dibuat dalam jumlah besar, lalu disebarkan otomatis. Ini mempercepat proses radikalisasi, terutama bagi pengguna internet yang sedang mencari identitas, komunitas, atau makna hidup.


3. Potensi Mempengaruhi Emosi dan Pola Pikir

Konten ekstremis biasanya dirancang untuk memicu emosi — marah, takut, atau merasa “dipanggil”. AI membuat proses manipulasi emosi ini menjadi lebih efektif dan terstruktur.


Cara Melindungi Diri dari Propaganda Berbasis AI

Beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan:

  • Jangan langsung percaya pada konten sensasional, terutama yang memancing emosi kuat

  • Periksa ulang sumber dan narasi yang disampaikan

  • Waspada terhadap video, suara, atau poster digital yang tampak terlalu “sempurna”

  • Hindari menyebarkan konten yang belum jelas kebenarannya

  • Biasakan bersikap kritis terhadap informasi yang beredar di media sosial


Penutup

AI adalah teknologi netral. Namun ketika jatuh ke tangan yang salah, ia bisa berubah menjadi alat penyebaran kebencian, manipulasi, dan radikalisasi massal. Penggunaan AI oleh ISIS, neo-Nazi, dan kelompok ekstremis lainnya menunjukkan bahwa ancaman digital kini tidak hanya soal hoaks, tetapi juga soal ideologi dan keamanan sosial.

Di era ini, literasi digital bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. Waspada, kritis, dan tidak mudah terpengaruh adalah kunci agar kita tidak menjadi target berikutnya.

Ingin Tingkatkan Performa Bisnis Anda?

Dapatkan platform WhatsApp Blasting & AI Chatbot terbaik untuk mengoptimalkan bisnis Anda.