Joji kembali menembus batas antara kesedihan dan keindahan lewat lagu terbarunya berjudul “Pixelated Kisses”, yang dirilis pada 14 Oktober 2025. Lagu ini menjadi tanda kembalinya sang musisi ke akar kreatifnya sendiri, menghadirkan nuansa yang lebih mentah, emosional, dan eksperimental dibanding karya-karya sebelumnya. Suara khas Joji yang melankolis kini dibungkus dengan lapisan elektronik yang kasar, glitch yang disengaja, serta tekstur digital yang membuat pendengar serasa berada di antara dunia nyata dan ruang virtual.
Dari sisi musikal, Pixelated Kisses terasa seperti eksperimen sonik yang berani. Alih-alih menggunakan produksi pop halus seperti dalam Glimpse of Us atau Sanctuary, Joji justru memilih membiarkan lagu ini terdengar tidak sempurna — penuh distorsi dan resonansi sintetis yang seolah menggambarkan gangguan sinyal dalam sebuah percakapan jarak jauh. Vokalnya terdengar sendu namun terjaga, menciptakan kontras antara kelembutan dan kekacauan yang menggambarkan inti emosional dari lagu tersebut: cinta yang tak bisa benar-benar tersampaikan.
Secara tematik, lagu ini berbicara tentang hubungan yang hidup di era digital. “Pixelated kisses” menjadi metafora bagi cinta yang terjadi di balik layar — ciuman yang tidak pernah benar-benar dirasakan, hanya terwakili oleh cahaya piksel di monitor. Dalam liriknya, Joji menyinggung rasa rindu yang tertahan, sinyal yang hilang, serta keheningan yang muncul di antara dua orang yang terhubung secara teknologi namun terpisah secara emosi. Ia tidak menulis tentang perpisahan besar atau kehilangan tragis, melainkan tentang sesuatu yang lebih sunyi: kesadaran bahwa koneksi yang tampak begitu dekat ternyata hanyalah ilusi.
Suasana yang dibangun Joji di lagu ini tidak sekadar sedih, tetapi juga memunculkan rasa kecewa dan kebingungan. Ada kejujuran dalam setiap barisnya, seolah ia sedang menatap hubungan yang pudar perlahan tanpa tahu kapan semuanya mulai menjauh. Lagu ini bukan ratapan, melainkan refleksi — tentang betapa rapuhnya cinta di era modern, ketika perasaan dikirim melalui sinyal dan kenangan disimpan dalam bentuk data. Di balik kelembutan nada dan keheningan beat-nya, terselip kepasrahan yang dalam: bahwa tidak semua hal bisa diperbaiki, dan tidak semua cinta bisa bertahan dalam bentuk digital.
Secara artistik, Pixelated Kisses juga menjadi pernyataan bahwa Joji tidak takut bereksperimen dan terus berevolusi. Ia menunjukkan sisi lain dari dirinya, di mana kesederhanaan lirik berpadu dengan kompleksitas produksi, menghasilkan suasana yang nyaris surealis. Lagu ini terasa seperti potret dari generasi yang tumbuh di tengah koneksi tanpa batas, namun tetap mencari makna di antara jeda dan gangguan sinyal.
Dengan Pixelated Kisses, Joji sekali lagi membuktikan bahwa kesedihan bisa terdengar indah, dan keretakan bisa menjadi karya seni. Lagu ini bukan sekadar tentang kehilangan seseorang, tetapi tentang kehilangan koneksi — sesuatu yang sangat relevan di dunia yang semakin bergantung pada layar. Di antara piksel, glitch, dan suara yang terdistorsi, Joji mengingatkan pendengarnya bahwa meski teknologi mampu menghubungkan siapa pun, tidak ada yang bisa menggantikan keintiman dari kehadiran yang nyata.