Joji kembali dengan karya baru yang siap mengisi ruang kosong sejak perilisan Smithereens pada 2022 lalu. Musisi kelahiran Jepang yang dikenal lewat warna musiknya yang sendu dan introspektif itu resmi mengumumkan album studio keempatnya berjudul Piss In The Wind, yang dijadwalkan rilis pada 6 Februari 2026. Kabar ini disampaikan bersamaan dengan perilisan single terbarunya, If It Only Gets Better, sebuah lagu yang seolah menjadi cermin dari perjalanan emosional Joji selama beberapa tahun terakhir.
Bagi penggemar lama, judul album ini terasa provokatif namun tetap khas Joji—aneh, jujur, dan penuh makna tersembunyi. Frasa Piss In The Wind menggambarkan sesuatu yang sia-sia, sebuah perlawanan terhadap hal yang tidak bisa dikendalikan. Di tangan Joji, kalimat itu berubah menjadi metafora tentang ketidakpastian hidup, tentang usaha untuk tetap berdiri di tengah arus yang terus berlawanan. Dari judulnya saja, album ini sudah menandakan bahwa Joji tak sekadar membuat musik untuk didengar, tapi untuk dirasakan dalam kesunyian.
Lagu If It Only Gets Better membuka lembaran baru perjalanan musikalnya. Dengan aransemen akustik yang sederhana, suara Joji terdengar lebih personal dari sebelumnya, seolah berbicara langsung kepada pendengarnya. Produksi musiknya minimalis, atmosferiknya tebal, dan emosi yang disampaikan begitu lembut tapi menusuk. Liriknya menggambarkan pergulatan antara harapan dan kenyataan—tentang keinginan untuk membaik, tapi tanpa kepastian bahwa hari esok benar-benar akan lebih baik. Lagu ini mengingatkan pada nuansa Glimpse of Us, namun dengan kedewasaan emosional yang lebih matang.
Secara musikal, Piss In The Wind disebut akan menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini Joji. Masih dengan nuansa melankolis dan tekstur lo-fi yang khas, tapi kali ini ia menambahkan lapisan eksperimen baru yang lebih berani. Beberapa lagu kabarnya mengandung elemen elektronik lembut yang berpadu dengan suara akustik, menciptakan ruang yang sunyi sekaligus penuh gema. Joji tampak tidak lagi terjebak dalam kesedihan yang berat seperti di era Nectar, melainkan mulai menemukan ketenangan di antara serpihan masa lalunya.
Pengumuman album ini langsung disambut antusias oleh para penggemar di seluruh dunia. Tagar #PissInTheWind sempat menjadi perbincangan hangat di media sosial, dengan banyak penggemar yang menilai Joji kini berada di fase paling jujur dalam kariernya. Dari seorang YouTuber absurd bernama Filthy Frank hingga menjadi penyanyi yang dikenal karena kepekaan emosional dan suara lembutnya, perjalanan Joji memang tak pernah biasa. Ia tumbuh, berevolusi, dan kini tampak seperti seseorang yang sudah berdamai dengan dirinya sendiri.
Dalam sebuah wawancara singkat, Joji sempat mengatakan, “I think I’m finally making peace with the noise in my head.” Kalimat itu terasa seperti inti dari keseluruhan album ini. Piss In The Wind bukan sekadar kumpulan lagu, tapi bentuk penerimaan—bahwa tidak semua hal akan membaik, dan mungkin memang tak perlu. Yang penting adalah bagaimana seseorang bertahan, tetap bernyanyi, dan tetap mencari makna di tengah kekacauan.
Album ini, dengan segala kesederhanaannya, tampaknya akan menjadi karya paling jujur dari Joji sejauh ini. Sebuah catatan sunyi tentang kelelahan, harapan, dan perdamaian. Di dunia yang terus berisik, Joji memilih untuk berbicara pelan, tapi dengan suara yang tetap sampai ke hati pendengarnya.