Jamestown, koloni Inggris oertama yang bertahan di Amerika Serikat, sering digambarkan sebagai tonggak peradaban Barat di Dunia Baru. Namun, di balik narasi heroik dan eksplorasi kolonial, terdapat satu fakta kelam yang baru terungkap pada abad ke-21: praktik kanibalisme.
Pada musim dingin tahun 1609–1610, yang dikenal sebagai "Starving Time", para pemukim Jamestown mengalami bencana kelaparan parah. Lebih dari 80% dari 300-an penduduk meninggal dunia, bukan karena perang atau penyakit, melainkan karena kelaparan ekstrem yang melanda koloni yang baru berdiri itu.
Para peneliti dari Smithsonian Institution menemukan bukti kanibalisme melalui tulang seorang gadis muda berusia sekitar 14 tahun, yang mereka beri nama "Jane". Tengkorak dan tulang-tulang Jane menunjukkan bekas sayatan yang jelas dan disengaja, menandakan bahwa dagingnya diambil setelah kematiannya—kemungkinan besar untuk dimakan oleh sesama pemukim yang kelaparan.
Para ilmuwan menemukan luka-luka pada tengkorak Jane, termasuk potongan dengan benda tajam seperti kapak kecil, serta sayatan pada bagian pipi dan belakang kepala. Analisis forensik menunjukkan bahwa upaya untuk mengambil otak dan jaringan lunak dilakukan oleh seseorang yang tidak berpengalaman dalam pembedahan, tapi terpaksa melakukannya karena putus asa.
Penemuan ini memperkuat beberapa catatan sejarah yang selama ini dianggap berlebihan atau fiksi, seperti laporan seorang kolonis yang mengatakan bahwa "kami memakan anjing, kucing, tikus, hingga mayat manusia."
Jamestown sering diposisikan sebagai simbol awal kejayaan Amerika, namun sejarah sebenarnya lebih kompleks dan manusiawi. Kisah kanibalisme ini bukan hanya soal horor, tapi pengingat brutal tentang ketahanan hidup, kegagalan logistik, dan kerasnya kolonisasi.
Jamestown tidak siap menghadapi lingkungan baru. Mereka terlalu bergantung pada kiriman dari Inggris, dan ketika bantuan tidak datang karena cuaca atau konflik, krisis pun terjadi.
Penemuan ini menggugurkan mitos idealistik tentang kolonisasi awal. Di balik keberhasilan bertahan hidup para kolonis, ada harga yang sangat mahal: penderitaan, kematian, dan kanibalisme.
Kisah Jane adalah suara sunyi dari masa lalu, mewakili tragedi manusia yang terlupakan oleh sejarah besar. Dengan mengungkapnya, kita bisa memahami bahwa sejarah tidak selalu ditulis oleh para pemenang—kadang juga oleh tulang belulang yang diam.