Jakarta kembali dihadapkan pada ancaman serius terkait keselamatan gedung bertingkat. Insiden kebakaran yang terjadi di kantor Terra Drone Indonesia menjadi pengingat keras bahwa risiko kebakaran di gedung perkantoran masih sangat tinggi—bahkan pada bangunan modern dengan teknologi maju.
Peristiwa ini bukan hanya sekadar musibah lokal, tetapi juga alarm peringatan bagi seluruh pemilik gedung, pengelola properti, serta perusahaan yang beroperasi di ibu kota: sistem keamanan gedung Jakarta belum seaman yang kita bayangkan.
Apa yang Terjadi dalam Kebakaran Terra Drone?
Kebakaran yang melanda kantor Terra Drone terjadi secara tiba-tiba dan menimbulkan kepanikan di area sekitar. Meskipun penyebab pasti masih dianalisis oleh pihak berwenang, beberapa indikasi menunjukkan titik kritis yang umum menjadi pemicu kebakaran gedung:
Beban listrik berlebih
Sistem peringatan dini (alarm kebakaran) yang tidak bekerja optimal
Minimnya jalur evakuasi atau pemahaman penghuni gedung terhadap prosedur keselamatan
Insiden ini kembali mempertegas betapa rentannya gedung-gedung di Jakarta terhadap risiko kebakaran, terutama gedung yang tidak melakukan audit keselamatan secara rutin.
Kenyataan Pahit: Banyak Gedung di Jakarta Belum Siap Menghadapi Kebakaran
Walaupun banyak gedung tampak modern, fakta di lapangan menunjukkan:
1. Sistem alarm dan hydrant tidak dirawat berkala
Banyak gedung hanya memasang alat pemadam dan alarm sebagai formalitas. Ketika ada insiden nyata, sistem tidak bekerja sebagaimana mestinya.
2. Overload listrik menjadi masalah umum
Sebagian besar perkantoran menggunakan perangkat elektronik berintensitas tinggi, tetapi kapasitas listrik gedung tidak di-upgrade.
3. Jalur evakuasi sering tertutup atau tidak jelas
Masih sering ditemukan jalur keluar darurat yang dipakai untuk gudang, arsip, atau bahkan dikunci.
4. Minim simulasi evakuasi
Sebagian besar pekerja tidak tahu harus menuju ke arah mana ketika alarm berbunyi.
Kebakaran Terra Drone menjadi bukti nyata bahwa standar keselamatan masih belum menjadi prioritas utama.
Mengapa Insiden Ini Penting bagi Keamanan Kota Jakarta?
Jakarta adalah pusat bisnis, pemerintahan, dan aktivitas ekonomi Indonesia. Ribuan gedung berdiri dan jutaan orang beraktivitas setiap hari.
Ketika satu gedung mengalami kebakaran, dampaknya bisa merembet ke:
Kemacetan besar
Gangguan operasional bisnis
Risiko korban jiwa
Kerugian finansial dan reputasi perusahaan
Jika kebakaran Terra Drone bisa terjadi pada gedung teknologi, maka risiko yang sama lebih tinggi untuk gedung yang lebih tua dan kurang terawatBelajar dari Kebakaran Terra Drone: Apa yang Harus Dilakukan Pengelola Gedung?
1. Lakukan Audit Sistem Keamanan Gedung Secara Menyeluruh
Pengelola wajib memastikan bahwa:
Smoke detector bekerja aktif
Fire alarm tidak rusak
Hydrant dan APAR berada pada kondisi prima
Panel listrik memenuhi standar SNI
Audit harus dilakukan minimal 2 kali dalam setahun.
2. Simulasi Evakuasi Rutin
Karyawan dan penghuni gedung wajib dilatih cara evakuasi ketika terjadi kebakaran, minimal 1–2 kali setahun.
3. Perbarui Instalasi Listrik Gedung
Banyak kebakaran gedung Jakarta terjadi akibat korsleting listrik. Peremajaan kabel dan panel listrik wajib dilakukan, bukan hanya saat rusak.
4. Pasang Sistem Pemadam Berbasis Teknologi
Seperti:
Sistem pemadam otomatis (sprinkler)
AI monitoring thermal sensor
CCTV dengan deteksi asap
Smart building alert system
Ini relevan dengan perkembangan gedung-gedung modern di Jakarta.
Kesimpulan: Kebakaran Terra Drone Adalah Peringatan, Bukan Sekadar Berita
Insiden kebakaran Terra Drone bukan hanya musibah, tetapi juga wake-up call untuk seluruh pihak yang bertanggung jawab menjaga keselamatan gedung di Jakarta. Dalam kota dengan tingkat kepadatan tinggi dan aktivitas bisnis besar, satu kelalaian bisa berujung fatal.
Dengan memperkuat sistem keamanan gedung, meningkatkan perawatan berkala, serta memastikan kesiapan penghuni gedung menghadapi situasi darurat, risiko kebakaran di Jakarta dapat dikurangi secara signifikan.