Musim ketiga One Punch-Man resmi dirilis dan langsung menjadi sorotan tajam. Alih-alih disambut meriah, anime populer tersebut justru mendapat gelombang kritik besar dari penggemar di berbagai platform. Bahkan, tagar #BoycottBandaiNamco sempat menjadi tren global sebagai bentuk protes terhadap kualitas produksi yang dinilai menurun.
Kritik Tajam Terhadap Kualitas Animasi
Gelombang kekecewaan muncul terutama karena kualitas animasi yang dianggap jauh tertinggal dari ekspektasi. Banyak penonton menilai beberapa adegan pertarungan terlihat statis, minim gerakan, dan tidak menampilkan dinamika visual khas One Punch-Man—yang sebelumnya dikenal dengan animasi sinematik dan penuh energi.
Sejumlah adegan disebut mirip “presentasi slide”, memunculkan persepsi bahwa proses produksi dilakukan dengan terburu-buru. Desain latar, komposisi gambar, hingga koreografi pertarungan dianggap tidak sepadan dengan skala arc yang diadaptasi pada musim ini, yaitu konflik besar antara Asosiasi Pahlawan dan Asosiasi Monster.
Ekspektasi Tinggi Setelah Penantian Bertahun-tahun
Musim ketiga hadir setelah penantian sekitar setengah dekade. Jeda panjang itu membuat antusiasme penggemar memuncak—terutama karena arc yang diadaptasi merupakan salah satu bagian paling kolosal dalam manga. Namun hasil yang diterima dianggap tidak sepadan dengan harapan, memicu luapan amarah dan kekecewaan.
Sorotan pada Studio dan Kondisi Produksi
J.C. Staff kembali dipercaya menangani animasi One Punch-Man S3. Sejak musim kedua, studio ini memang sudah menghadapi tekanan besar menyusul perbandingan dengan musim pertama yang dikerjakan oleh Madhouse.
Kali ini, tekanan makin berat. Diskusi publik mengungkapkan dugaan bahwa studio bekerja di bawah keterbatasan waktu dan sumber daya, sehingga kualitas visual tidak maksimal. Sutradara Shinpei Nagai juga menjadi sasaran kritik keras dan bahkan disebut sempat menghapus akun media sosialnya karena serangan dari warganet.
Di sisi lain, sejumlah animator yang terlibat menyatakan bahwa arahan kreatif dan komposisi adegan bukan cerminan kemampuan terbaik tim animasi, memunculkan dugaan persoalan lebih besar di level produksi.
Mengapa Bandai Namco yang Dibidik?
Melonjaknya tagar boikot menjadikan Bandai Namco sebagai sasaran utama kemarahan penggemar. Perusahaan tersebut adalah bagian dari komite produksi yang memiliki kendali besar terhadap pendanaan dan keputusan kreatif.
Penggemar menilai Bandai Namco terlalu fokus pada profit—terutama dari lisensi dan merchandise—sehingga diduga menekan anggaran produksi untuk anime. Pola serupa dituding terjadi di beberapa judul lain di bawah naungan perusahaan ini, sehingga memunculkan narasi bahwa masalah bukan hanya pada studio animasi, tetapi pada kebijakan korporat.
Petisi dan Seruan Boikot
Kekecewaan tersebut berkembang menjadi gerakan terstruktur. Petisi daring muncul menuntut penundaan atau pembatalan musim ketiga sampai kualitas produksi ditingkatkan. Ajakan untuk tidak menonton anime secara legal, tidak membeli merchandise, dan menghindari produk terkait Bandai Namco juga ramai disuarakan.
Sebagian penggemar berharap tekanan finansial dapat memaksa perusahaan melakukan evaluasi serius, sementara yang lain khawatir boikot justru merugikan kreator dan animator yang bekerja keras di belakang layar.
Dampak dan Masa Depan One Punch-Man
Kontroversi ini menimbulkan perdebatan besar soal standar produksi anime populer dan praktik bisnis industri. Meski kritik keras terus bergulir, sejumlah penggemar masih menunggu perkembangan selanjutnya sambil berharap adanya peningkatan kualitas di episode mendatang atau musim selanjutnya.
Untuk saat ini, One Punch-Man S3 tetap menjadi salah satu rilis anime paling banyak dibicarakan tahun ini—bukan karena pencapaiannya, tetapi karena kontroversinya.