Kerugian Investasi Telkomsel di Saham GoTo Tahun 2025
Telkomsel—selama dua dekade dikenal sebagai pemimpin pasar layanan mobile—kini tengah menghadapi tantangan besar dari arah strategi digitalisasi yang ditempuh beberapa tahun terakhir. Salah satu sorotan utama adalah investasi strategisnya di saham GoTo.

Investasi Besar, Penurunan Tajam
Pada 2021, Telkomsel membeli sekitar 23,72 miliar lembar saham GoTo seharga Rp270 per lembar, dengan total nilai investasi Rp6,4 triliun. Langkah ini diambil sebagai bagian dari diversifikasi bisnis dan dorongan ke arah digital.
Namun, pada kuartal pertama 2025, harga saham GoTo telah turun drastis menjadi Rp80 per lembar. Artinya, nilai investasi Telkomsel mengalami penurunan sebesar Rp190 per lembar, atau secara keseluruhan mencatat kerugian belum terealisasi sekitar Rp4,5 triliun.
Baca juga : Peran Chatbot AI Bablast Dalam Inovasi Pendidikan Interaktif
Kinerja Bisnis Inti Turut Tertekan
Sementara investasi eksternal melemah, kinerja inti Telkomsel juga memperlihatkan tren negatif. Pada 2024, tercatat:
Pendapatan menurun 2,8%
EBITDA menurun 7,3%
Laba bersih turun 8,4%
Pangsa pasar anjlok dari 54% ke 48%
Padahal, Telkomsel mengalokasikan belanja tahunan mencapai Rp45 triliun (gabungan dari belanja modal dan operasional), namun hasilnya belum mampu membalikkan arah penurunan.
Baca juga : Sinergi Antara AI Chatbot dan WhatsApp Blasting Untuk Meningkatkan Efisiensi Affiliate Marketing
Kinerja Inti Tertekan, Strategi Digital Dipertanyakan
Tidak hanya dari sisi investasi eksternal, unit bisnis utama Telkomsel yakni layanan mobile juga menunjukkan performa yang melemah. Data pertumbuhan pendapatan, laba bersih, hingga pangsa pasar menunjukkan tren penurunan dalam dua tahun terakhir.
Hal ini menimbulkan pertanyaan di kalangan pengamat dan pelaku pasar: Apakah Telkomsel terlalu cepat meninggalkan fokus utamanya untuk mengejar transformasi digital? Dan apakah langkah ini sudah selaras dengan kekuatan inti dan kebutuhan pasar saat ini?
Titik Evaluasi Strategis
Kondisi ini mendorong munculnya pertanyaan dari publik dan pengamat pasar: apakah strategi transformasi digital Telkomsel saat ini masih relevan, atau justru perlu dilakukan reorientasi terhadap bisnis inti yang terus tergerus?
Dalam iklim industri yang makin kompetitif dan cepat berubah, Telkomsel berada di titik krusial untuk menyeimbangkan antara kebutuhan transformasi dan keharusan mempertahankan kekuatan dasarnya.