Bogor, Bablast - News Industri perfilman Indonesia kembali mencuri perhatian dunia. Kali ini, kabar menggembirakan datang dari Korea Selatan yang siap memproduksi ulang atau remake tiga film Indonesia populer, salah satunya adalah Agak Laen. Kesepakatan ini menjadi bagian dari kerja sama strategis antara rumah produksi Barunson E&A dari Korea Selatan dan Imajinari dari Indonesia.
Langkah ini menandai sebuah pencapaian penting, tidak hanya bagi Imajinari, tapi juga bagi perfilman Indonesia yang semakin diakui secara global.
Baca Juga: Rumor Kemunculan X-Men di Avengers: Doomsday, Siapa Saja yang Akan Hadir?
Tiga Film Indonesia Akan Digarap Ulang Versi Korea
Dikutip dari Variety pada Selasa (6/5), Barunson E&A secara resmi telah mendapatkan hak internasional untuk membuat ulang Agak Laen, sekuelnya Agak Laen 2, serta Tinggal Meninggal. Ketiga film tersebut akan diadaptasi untuk pasar Korea dan berpotensi tayang secara internasional.
Barunson E&A sendiri bukan nama asing di industri film dunia. Perusahaan ini merupakan rumah produksi di balik film legendaris peraih Oscar, Parasite. Kini, mereka tertarik mengangkat kisah-kisah orisinal dari Asia Tenggara yang dianggap memiliki daya tarik global—dengan Indonesia sebagai fokus utama.
Kesuksesan Tak Terduga dari Agak Laen
Dirilis pada awal 2024, Agak Laen merupakan film komedi horor yang diadaptasi dari podcast populer dengan judul yang sama. Film ini mengisahkan empat sahabat yang mengelola rumah hantu di sebuah pasar malam, namun usaha mereka malah berujung petaka ketika rumah hantu tersebut secara tak sengaja memakan korban jiwa.
Disutradarai oleh Muhadkly Acho, Agak Laen berhasil mencetak kejutan di box office. Tanpa banyak gembar-gembor di awal, film ini justru mencetak lebih dari 9 juta penonton dan menempati posisi kedua film Indonesia terlaris sepanjang masa. Keberhasilan inilah yang kemudian memicu diproduksinya sekuel berjudul Agak Laen 2, yang dijadwalkan tayang pada kuartal keempat 2025.
Menariknya, sang sutradara Muhadkly Acho masih dipercaya untuk kembali menggarap sekuel tersebut, meskipun hingga kini belum ada informasi resmi mengenai alur cerita Agak Laen 2.
Tinggal Meninggal: Komedi Gelap dengan Sentuhan Humanis
Selain Agak Laen, film Tinggal Meninggal juga masuk dalam daftar yang akan di-remake oleh Barunson E&A. Film ini digarap oleh Kristo Immanuel bersama istrinya, Jessica Tjiu, yang ikut menulis naskahnya.
Tinggal Meninggal mengisahkan Gema, seorang pria kesepian yang terjebak dalam kebohongan kecil demi menarik perhatian rekan kerjanya. Namun, kebohongan itu berubah menjadi boomerang besar yang mengacaukan hidupnya.
Film bergenre komedi gelap ini dijadwalkan tayang pada Agustus 2025 dan menjadi salah satu proyek yang cukup ditunggu oleh para penikmat film Indonesia. Dengan narasi yang dekat dengan realitas dan pesan moral yang kuat, film ini dinilai punya potensi besar untuk diterjemahkan ke dalam budaya lain.
Imajinari dan Barunson E&A: Kolaborasi Asia yang Menjanjikan
Imajinari, studio film yang didirikan oleh Ernest Prakasa, kini menjadi sorotan internasional. Dalam pernyataannya, Ernest menyampaikan rasa antusiasmenya terhadap kerja sama dengan Barunson E&A.
"Filosofi kami selalu tentang menceritakan kisah-kisah orisinal dengan cara yang mengejutkan dan menarik perhatian penonton. Sangat menyenangkan untuk berkolaborasi dengan Barunson E&A dan melihat bagaimana kreativitas kami dapat diwujudkan kembali melalui pembuatan ulang di seluruh dunia," ujar Ernest.
Sementara itu, CEO Barunson E&A, Yoonhee Choi, menambahkan bahwa pihaknya melihat Imajinari sebagai studio yang mampu menyampaikan cerita yang sangat relevan, tetapi dengan pendekatan yang segar dan menghibur.
"Kami senang dapat memperkenalkan IP unik mereka kepada khalayak global dan berbagi suara-suara kreatif yang layak mendapatkan pengakuan yang lebih luas," tutur Choi.
Tidak Sekadar Remake, Tapi Langkah Strategis
Remake film bukan hal baru dalam industri perfilman global. Namun, yang menarik adalah bagaimana Barunson E&A menjadikan Asia Tenggara, khususnya Indonesia, sebagai fokus utama dalam strategi ekspansi mereka. Sebelum proyek remake ini, Barunson sudah sempat terlibat dalam beberapa produksi film Indonesia, seperti 13 Bombs, Respati, hingga reboot Rangga & Cinta.
Keputusan ini bukan semata karena tren, tapi karena ada potensi besar dari kisah-kisah lokal Indonesia yang bisa dikemas secara global. Cerita tentang keluarga, cinta, dan hubungan manusia yang dibalut dalam kemasan jenaka, horor, atau drama, ternyata mampu diterima lintas budaya.
Penutup: Babak Baru untuk Film Indonesia
Dengan langkah remake ini, bukan tidak mungkin film-film Indonesia lainnya akan dilirik oleh rumah produksi internasional. Kekuatan cerita, orisinalitas ide, dan eksekusi yang matang menjadi kunci utama.
Kolaborasi antara Imajinari dan Barunson E&A menjadi sinyal positif bahwa perfilman Indonesia punya tempat di panggung dunia—tidak hanya sebagai penonton, tapi sebagai penyedia cerita yang kuat dan berkesan.
Kini kita tinggal menunggu bagaimana versi Korea dari Agak Laen dan Tinggal Meninggal akan diinterpretasikan. Apakah mereka akan mempertahankan nuansa lokal, atau memberi sentuhan baru yang berbeda? Yang jelas, mata dunia kini mulai tertuju ke Indonesia—dan itu sesuatu yang patut dirayakan.