Pernah merasa bisa banyak hal, tapi tidak benar-benar ahli di satu bidang pun?
Atau sering mendengar orang berkata, “Kamu tuh berbakat banget, tapi sayang nggak dikembangin”?
Jika iya, mungkin kamu termasuk dalam kelompok yang disebut “si serbabisa yang belum jadi apa-apa.”
Fenomena ini bukan soal malas atau kurang serius. Dalam psikologi, ini adalah cerminan karakter dan pola pikir tertentu yang jauh lebih kompleks dari sekadar “tidak fokus.”
1. Scanner Personality: Otak yang Haus Eksplorasi
Istilah ini diperkenalkan oleh Barbara Sher, seorang penulis dan konselor karier.
Orang dengan scanner personality memiliki rasa ingin tahu yang luar biasa besar.
Mereka cepat tertarik pada hal-hal baru — dari desain, bisnis, musik, sampai psikologi.
Namun, begitu mulai menguasainya, mereka segera merasa bosan dan ingin mencoba hal lain.
Mereka bukan tidak konsisten — justru otaknya dirancang untuk menjelajah, bukan bertahan di satu titik.
Scanner menikmati proses menemukan, bukan menekuni satu bidang selamanya.
“Mereka bukan kurang fokus, tapi fokusnya tersebar pada terlalu banyak hal menarik.”
2. Multipotentialite: Ketika Banyak Minat Justru Jadi Kekuatan
Psikolog Emilie Wapnick memperkenalkan istilah multipotentialite — orang dengan banyak potensi dan minat di berbagai bidang.
Mereka bisa menulis, mendesain, memimpin, dan beradaptasi di lingkungan mana pun.
Namun dunia modern sering memuja spesialis, sehingga para multipotentialite sering merasa “aneh” atau “tidak punya arah.”
Padahal, di era kreatif seperti sekarang, kemampuan lintas bidang ini justru sangat berharga.
Mereka bisa menghubungkan hal-hal yang tidak dilihat orang lain — seperti jembatan antara ide-ide.
“Bisa banyak hal bukan kelemahan — itu tanda otakmu kreatif dan fleksibel.”
3. Underachiever: Potensi Besar, Tapi Tertahan
Beberapa orang memiliki kemampuan di atas rata-rata, tapi prestasinya tidak sejalan dengan potensinya.
Inilah yang disebut underachiever — bukan karena tidak mampu, melainkan karena ada hambatan psikologis di dalam diri.
Penyebabnya bisa beragam:
Perfeksionisme: Takut gagal, jadi tidak pernah mulai.
Rendahnya motivasi internal: Tidak tahu apa yang benar-benar diinginkan.
Self-doubt: Merasa “nggak cukup bagus” meski sebenarnya mampu.
Akhirnya, mereka “hanya bisa aja,” tanpa benar-benar menunjukkan hasil maksimal.
4. Ketika Overthinking Jadi Musuh Dalam Diri
Banyak orang berbakat justru terjebak dalam overthinking.
Mereka tahu caranya, tahu potensinya, tapi terus menunda karena merasa “belum siap.”
Mereka menunggu momen sempurna yang tidak pernah datang.
Di sinilah muncul self-sabotage — pola menghentikan diri sendiri dari kemajuan, karena takut gagal, takut dinilai, atau takut kehilangan arah.
5. Jalan Tengah: Dari “Bisa Aja” Menjadi “Benar-Benar Bisa”
Menjadi orang berbakat di banyak hal bukan kutukan — asal tahu cara mengelolanya.
Beberapa langkah kecil bisa membantu keluar dari jebakan “serbabisa tapi kosong”:
Pilih satu bidang utama, tapi izinkan diri bereksperimen.
Fokuskan energi di satu proyek, namun tetap beri ruang untuk rasa ingin tahu.Belajar menikmati proses, bukan hanya hasil.
Perfeksionisme sering membunuh kreativitas. Mulailah dulu, sempurnakan nanti.Bangun rutinitas kecil yang konsisten.
Orang berbakat sering kalah bukan karena tidak bisa, tapi karena tidak rutin.Rayakan kemajuan kecil.
Jangan menunggu validasi besar. Tiap langkah maju adalah bentuk aktualisasi.
Penutup
Orang yang “punya banyak bakat tapi hanya bisa aja” bukan gagal, mereka hanya belum menemukan cara terbaik mengatur energinya.
Mereka bukan tidak fokus — mereka hanya memiliki dunia batin yang terlalu luas untuk dikurung dalam satu bidang sempit.
Dan mungkin, di balik semua kebingungan itu, tersimpan sebuah potensi besar yang sedang menunggu waktu untuk benar-benar bersinar.