Umum

Gen Z dan Fenomena Quiet Quitting di Dunia Kerja

Rama Maul
1 September 2025
1 menit membaca
Gen Z dan Fenomena Quiet Quitting di Dunia Kerja
Bagikan:

Beberapa waktu terakhir, istilah "quiet quitting" menjadi viral di media sosial, terutama di kalangan Gen Z. Tren ini bukanlah tentang berhenti dari pekerjaan secara diam-diam. Sebaliknya, "quiet quitting" adalah praktik di mana seseorang tetap bekerja, tetapi menolak untuk melakukan pekerjaan di luar deskripsi tugas mereka. Ini adalah penolakan terhadap budaya kerja yang menuntut "ekstra" tanpa batas, seperti bekerja lembur tanpa dibayar, membalas email di akhir pekan, atau mengambil tanggung jawab yang bukan bagian dari peran mereka.

Mengapa Tren Ini Muncul?

Fenomena ini sering kali dipicu oleh beberapa faktor:

  1. Keseimbangan Kehidupan Kerja yang Buruk: Generasi sebelumnya sering kali diajarkan bahwa kesuksesan datang dari bekerja keras dan mengorbankan waktu pribadi. Gen Z, di sisi lain, lebih memprioritaskan keseimbangan kehidupan kerja dan pribadi (work-life balance). Mereka percaya bahwa identitas mereka tidak hanya ditentukan oleh pekerjaan.

  2. Kesenjangan Ekspektasi: Banyak karyawan merasa mereka telah memberikan yang terbaik, namun tidak mendapatkan pengakuan atau kompensasi yang sesuai. Ketika ekspektasi perusahaan tidak sejalan dengan apa yang mereka terima, motivasi untuk melakukan lebih dari yang diharapkan pun menurun.

  3. Kesadaran Kesehatan Mental: Gen Z adalah generasi yang paling terbuka dalam membahas isu kesehatan mental. Mereka sadar bahwa budaya kerja yang menuntut tanpa henti dapat menyebabkan kelelahan (burnout), kecemasan, dan depresi. Dengan "quiet quitting," mereka mencoba membatasi diri untuk melindungi kesehatan mental mereka.

Dampak dan Respon Perusahaan

Bagi perusahaan, fenomena ini bisa menjadi tantangan karena dapat memengaruhi produktivitas dan inovasi. Namun, "quiet quitting" juga bisa menjadi sinyal penting bagi manajemen. Alih-alih melihatnya sebagai tindakan malas, perusahaan bisa menafsirkannya sebagai tanda bahwa perlu ada perubahan dalam budaya kerja.

Manajemen dapat merespons dengan:

  • Membangun Budaya yang Menghargai Batasan: Mendorong karyawan untuk mematikan notifikasi setelah jam kerja dan tidak mengharapkan respons instan di luar jam kantor.

  • Meningkatkan Komunikasi dan Pengakuan: Memberikan pengakuan atas pekerjaan yang telah dilakukan dan memastikan kompensasi yang adil untuk tanggung jawab tambahan.

  • Fokus pada Hasil, Bukan Jam Kerja: Mengukur kinerja berdasarkan hasil yang dicapai, bukan seberapa lama seseorang duduk di meja.

Pada akhirnya, "quiet quitting" bukanlah tentang malas, melainkan tentang mendefinisikan ulang makna kerja dan batasan diri. Ini adalah cerminan dari pergeseran nilai generasi yang menempatkan kesehatan, kebahagiaan, dan kehidupan pribadi setara dengan kesuksesan profesional.

Ingin Tingkatkan Performa Bisnis Anda?

Dapatkan platform WhatsApp Blasting & AI Chatbot terbaik untuk mengoptimalkan bisnis Anda.