TEKNOLOGI

Modus Penipuan: “Bikin Lagu Pakai AI”, Pelaku Masih Buron

Abdul Faisal
7 November 2025
1 menit membaca
Modus Penipuan: “Bikin Lagu Pakai AI”, Pelaku Masih Buron
Bagikan:

Baru-baru ini muncul kasus penipuan di Indonesia dengan modus “pembuatan lagu” yang sebenarnya menggunakan kecerdasan buatan (AI), bukan proses manual seperti yang dijanjikan. Pelaku memakai janji pembuatan lagu menggunakan alat musik manual, namun hasilnya dibuat lewat AI — padahal korban membayar dengan harga tinggi. Pelaku hingga kini masih dalam daftar pencarian orang (DPO) oleh pihak berwenang. detiknews+3https://jateng.jpnn.com+3CNN Indonesia+3


Kronologi Kejadian

  1. Seorang pria berinisial FH (50), warga Jakarta Timur, menjadi tersangka dalam kasus ini. https://jateng.jpnn.com+1

  2. Korban memesan pembuatan lagu — sebanyak 60 lagu dengan nilai kontrak sekitar Rp 120 juta untuk pengerjaan yang “manual/aransemen profesional”. https://jateng.jpnn.com

  3. Namun setelah hasil diserahkan, korban curiga karena lagu yang diterima tidak sesuai janji (tidak aransemen manual, kualitas buruk), dan kemudian diketahui menggunakan teknologi AI untuk menghasilkan lagu tersebut. https://jateng.jpnn.com+1

  4. Ketika diminta tampil menggunakan lagu tersebut dalam bentuk live atau band, ternyata pelaku tak memiliki band yang sesuai, menunjukkan kejanggalan. detiknews+1

  5. Pelaku sudah ditetapkan sebagai DPO oleh Polrestabes Semarang (Polisi Resor Kota Besar Semarang). https://jateng.jpnn.com+1

  6. Korban mengalami kerugian hingga ±Rp 100 juta sebagai salah satu kasus. detiknews+1


Analisis Modus dan Kenapa Bisa Terjadi

  • Janji “lagu manual/aransemen profesional” pada dasarnya menarik bagi pelaku karena nilai transaksi bisa besar.

  • Pemanfaatan AI memungkinkan pelaku memproduksi lagu secara cepat atau dengan improvisasi minimal, namun tetap meminta bayaran layaknya proyek besar.

  • Korban mungkin kekurangan pengetahuan teknis — misalnya tidak tahu bagaimana mengevaluasi apakah lagu benar-benar dibuat secara manual atau dengan AI, kurang adanya bukti proses, atau pelaku tidak menunjukkan rekaman kerja manual.

  • Sistem pengamanan dan regulasi terhadap penggunaan AI dalam industri kreatif masih relatif baru — artinya pelaku punya ruang lebih untuk eksploitasi.

  • Keinginan korban untuk “prestise” atau “lagu eksklusif” bisa membuat verifikasi proses produksinya terlewat atau kurang teliti.


Dampak dan Signifikansi

  • Kerugian finansial: Korban membayar besar tapi hasil tak sesuai, bahkan bisa rugi hingga puluhan atau ratusan juta rupiah.

  • Kerugian reputasi: Bagi korban yang berada di industri musik, menerima hasil yang kurang profesional bisa merusak reputasi.

  • Tantangan legal & forensik: Penggunaan AI dalam produksi seni (lagu) menimbulkan tantangan, karena bagaimana membuktikan “manual vs AI”, siapa pemilik hak cipta, dan bagaimana pertanggungjawaban hukumnya.

  • Ketidakpastian industri kreatif: Kasus ini bisa jadi peringatan bagi pemesan lagu, studio musik, artis, bahwa harus lebih cermat dalam memesan, mengecek proses, dan memahami teknologi yang digunakan.


Apa yang Bisa Kita Pelajari & Langkah Pencegahan

  • Pastikan kontrak tertulis menjelaskan proses pembuatan lagu: apakah hanya aransemen digital/AI, atau benar-benar manual dengan musisi live.

  • Minta rekaman proses produksi, misalnya raw file, video studio, audio sesi musisi live, agar ada bukti kerja manual.

  • Lakukan verifikasi portofolio pelaku: cek apakah studio punya track record, lihat hasil lagu yang jelas dibuat manual.

  • Pahami bahwa dengan munculnya teknologi AI, harga yang pantas untuk lagu manual sangat berbeda dengan yang dibuat berbantuan AI atau otomatis — jangan membayar harga premium jika prosesnya otomatis.

  • Pastikan pelaku bisa menampilkan band live atau musisi apabila dijanjikan demikian, atau setidak-nya menjelaskan secara terbuka kalau menggunakan AI.

  • Sebagai pelaku industri kreatif: update pengetahuan tentang hak cipta kreativitas berbasis AI, sebab regulasi mungkin berbeda.


Kesimpulan

Kasus ini menunjukkan bahwa kemajuan teknologi seperti AI bukan hanya menghadirkan peluang — tapi juga risiko penipuan baru apabila ada pihak yang tidak bertanggung jawab. Bagi siapa saja yang memesan jasa kreatif (termasuk pembuatan lagu), penting untuk menjadi pengguna cerdas: tahu apa yang dipesan, bagaimana prosesnya, dan memastikan ada transparansi. Di sisi lain, pihak berwenang dan industri kreatif harus segera menyiapkan regulasi dan standar agar kepercayaan dalam sektor ini tetap terjaga.

Jika kamu mau, saya bisa cari data kasus global terkait penipuan pembuatan lagu atau kloning suara AI, lalu kita bisa buat materi edukasi (infografis) untuk dipakai di social media. Mau saya cari?

Ingin Tingkatkan Performa Bisnis Anda?

Dapatkan platform WhatsApp Blasting & AI Chatbot terbaik untuk mengoptimalkan bisnis Anda.