Nyanyian Hoho adalah salah satu warisan budaya lisan masyarakat Nias yang kini terancam punah. Tradisi ini merupakan bentuk ekspresi kolektif yang menggabungkan nyanyian, gerakan, dan nilai-nilai sosial dalam kehidupan masyarakat Nias.
Apa Itu Nyanyian Hoho?
Hoho adalah nyanyian vokal yang dinyanyikan secara berkelompok oleh kaum pria secara responsorial atau bersahut-sahutan dalam bahasa Nias, sifagema-gema. Nyanyian ini biasanya dilakukan dalam berbagai upacara adat, seperti pengukuhan gelar bangsawan, penyambutan tamu kehormatan, dan upacara kematian bangsawan. Hoho berfungsi sebagai media untuk menyampaikan ide, pikiran, atau perasaan dalam upaya memahami nilai-nilai yang memberikan wawasan
Jenis-Jenis Hoho
Berdasarkan bentuk dan penyajiannya, Hoho terbagi ke dalam beberapa jenis, antara lain:
Hoho Faluaya: Dipertunjukkan pada saat upacara sebelum dan sesudah perang sambil menari yang tujuannya memberi motivasi dan semangat kepada para prajurit.
Hoho Fetataro: Dipertunjukkan tanpa menggunakan tarian, penyanyi melakukannya di atas daro-daro (kursi tradisional Nias), biasa digunakan dalam upacara kematian seorang bangsawan dalam bahasa Nias bagian Selatan disebut Si’ulu atau pesta kampung.
Hoho Famadaya Hasi: Dipertunjukkan pada upacara kematian seorang bangsawan (Si’ulu) sambil mengusung peti jenazah bangsawan tersebut.
Hoho Famadaya Daro-daro: Dinyanyikan pada saat pengukuhan seorang bangsawan (Si’ulu).
Ancaman terhadap Kelestarian Hoho
Seiring dengan perkembangan zaman, tradisi Hoho semakin terpinggirkan. Kurangnya regenerasi pelaku budaya dan minimnya minat generasi muda terhadap tradisi ini menjadi faktor utama penyebabnya. Banyak desa di Nias Selatan yang dulunya rutin menyelenggarakan Hoho kini tidak lagi mempertahankan tradisi lisan ini. Akibatnya, Hoho hanya dapat dijumpai di beberapa desa saja yang masih menggunakan Hoho sebagai bagian dari aktivitasnya seperti pada peristiwa-peristiwa perayaan kematian golongan bangsawan, persiapan untuk berperang, mengukuhkan gelar bangsawan dan penyambutan tamu
Upaya Pelestarian Hoho
Untuk menjaga kelestarian Hoho, berbagai upaya telah dilakukan, antara lain:
Dokumentasi dan Arsip: Arsip suara tradisi Hoho masyarakat Nias kembali ke tanah asalnya setelah 95 tahun tersimpan di Belanda. Langkah ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan referensi bagi generasi mendatang.
Pelatihan dan Pendidikan: Beberapa lembaga budaya dan pemerintah daerah mengadakan pelatihan dan pendidikan tentang Hoho kepada generasi muda agar mereka dapat memahami dan melestarikan tradisi ini.
Penyelenggaraan Festival dan Pertunjukan: Festival budaya yang menampilkan pertunjukan Hoho diadakan untuk menarik minat masyarakat, khususnya generasi muda, agar lebih mengenal dan mencintai tradisi ini.
Kesimpulan
Nyanyian Hoho merupakan bagian integral dari budaya Nias yang mengandung nilai-nilai luhur dan sejarah perjuangan masyarakat Nias. Melalui upaya pelestarian yang melibatkan berbagai pihak, diharapkan tradisi ini dapat terus hidup dan berkembang, serta menjadi warisan budaya yang dapat dinikmati oleh generasi-generasi mendatang.