Bablast -News Seorang pengusaha yang dijuluki “Raja Judi Online Asia”, She Zhijiang, akhirnya diekstradisi dari Thailand ke China pada Selasa, 12 November 2025. Ia dituduh sebagai otak di balik jaringan judi online lintas negara yang menghasilkan miliaran yuan dan beroperasi di sejumlah kawasan Asia Tenggara.
Siapa She Zhijiang?
She Zhijiang dikenal sebagai sosok kontroversial. Lahir di Provinsi Hunan, China, ia kemudian menjadi warga negara Kamboja sekitar tahun 2017. Dalam beberapa tahun terakhir, She membangun kerajaan bisnis yang berpusat di Asia Tenggara, termasuk proyek besar di kawasan perbatasan Myanmar–Thailand yang disebut Shwe Kokko.
Meski mengklaim proyek itu sebagai kawasan ekonomi dan hiburan, pihak berwenang menuding lokasi tersebut digunakan untuk aktivitas perjudian online, penipuan siber, hingga pencucian uang. Nama She pun mulai masuk dalam daftar pencarian Interpol setelah pemerintah China menuduhnya menjalankan ratusan situs judi ilegal yang menargetkan warga Tiongkok.
Tuduhan dan Modus Operasi
Pihak berwenang China menuding She mengoperasikan lebih dari 200 situs perjudian online yang menghasilkan pendapatan hingga miliaran yuan. Operasi ini dikendalikan dari luar wilayah China untuk menghindari pengawasan hukum, dengan server dan staf yang tersebar di berbagai negara, termasuk Myanmar, Filipina, dan Kamboja.
Selain bisnis judi daring, She juga diduga terlibat dalam praktik pencucian uang, perdagangan manusia, dan penipuan daring yang memanfaatkan pekerja migran. Banyak korban dilaporkan direkrut dengan janji pekerjaan bergaji tinggi, namun akhirnya dipaksa menjalankan aktivitas ilegal di bawah tekanan dan ancaman.
Penangkapan di Thailand
Pada Agustus 2022, She Zhijiang ditangkap di Bangkok berdasarkan permintaan resmi dari pemerintah China melalui red notice Interpol. Proses hukumnya berjalan panjang karena tim kuasa hukum She sempat mengajukan banding agar ia tidak diekstradisi dengan alasan keselamatan dan hak asasi manusia.
Namun, pengadilan tinggi Thailand akhirnya mengabulkan permintaan ekstradisi setelah menilai bukti-bukti yang diajukan China cukup kuat. Pada 12 November 2025, She dikawal ketat dari rumah tahanan di Bangkok dan diterbangkan ke China menggunakan pesawat khusus menuju kota Nanjing untuk menjalani proses hukum lebih lanjut.
Implikasi Regional
Kasus ini menjadi sorotan besar di kawasan Asia Tenggara karena menunjukkan meningkatnya kerja sama penegakan hukum lintas negara dalam memberantas kejahatan siber dan perjudian online. Thailand dan China telah lama bekerja sama untuk menindak jaringan kriminal transnasional, namun ekstradisi ini disebut sebagai salah satu pencapaian terbesar dalam beberapa tahun terakhir.
Selain itu, proyek-proyek seperti Shwe Kokko di Myanmar kembali disorot karena diduga menjadi “zona abu-abu” bagi aktivitas ilegal akibat lemahnya pengawasan pemerintah setempat. Banyak pengamat menilai, kasus ini membuka mata negara-negara di kawasan untuk memperketat regulasi terhadap investasi asing yang mencurigakan.
Sorotan HAM dan Kritik
Meski disambut positif oleh otoritas China, proses ekstradisi ini juga menuai kritik dari kelompok pemerhati HAM. Tim hukum She Zhijiang sempat menuduh bahwa kliennya mengalami perlakuan buruk selama ditahan di Thailand, termasuk penahanan dalam sel isolasi dan keterbatasan akses medis.
Aktivis HAM internasional juga menyuarakan kekhawatiran bahwa proses hukum di China terhadap kasus kejahatan siber kerap berlangsung tertutup, sehingga sulit memastikan transparansi dan perlindungan terhadap hak terdakwa.
Titik Balik Penegakan Hukum Asia
Kasus She Zhijiang dinilai sebagai titik balik dalam upaya pemberantasan kejahatan siber dan judi daring lintas negara. Pemerintah di kawasan Asia kini semakin waspada terhadap sindikat internasional yang memanfaatkan celah hukum dan teknologi untuk menjalankan operasi ilegal.
Ekstradisi ini bukan hanya kemenangan bagi China, tetapi juga sinyal kuat bahwa negara-negara Asia Tenggara mulai bersatu melawan kejahatan digital yang merugikan jutaan orang.
Kasus She Zhijiang memperlihatkan bagaimana kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan untuk kejahatan lintas negara, namun juga menunjukkan bahwa kerja sama internasional mampu menembus batas hukum dan yurisdiksi. Kini, semua mata tertuju ke China untuk melihat bagaimana proses hukum terhadap sang “Raja Judi Online Asia” akan berlangsung — dan apakah ini benar-benar menjadi awal dari berakhirnya era judi online ilegal di kawasan Asia.