TEKNOLOGI

Saingi Meta, Microsoft Juga Bentuk Tim Superintelligence — Fokus “Humanist” dan Aplikasi Medis

Abdul Faisal
10 November 2025
1 menit membaca
Saingi Meta, Microsoft Juga Bentuk Tim Superintelligence — Fokus “Humanist” dan Aplikasi Medis
Bagikan:

Microsoft resmi mengumumkan pembentukan MAI Superintelligence Team, sebuah tim riset baru yang akan berfokus pada pengembangan kecerdasan buatan tingkat tinggi—bahkan di atas kemampuan manusia pada bidang tertentu. Langkah ini disebut-sebut sebagai strategi Microsoft untuk menyaingi langkah Meta dan perusahaan teknologi besar lainnya yang tengah berlomba menciptakan superintelligence atau kecerdasan buatan super.


Visi: Humanist Superintelligence

Dalam pernyataannya, Microsoft menegaskan bahwa tujuan utama tim ini bukan sekadar mengejar kemampuan AI tertinggi, tetapi membangun apa yang disebut “humanist superintelligence”—yakni bentuk AI yang sangat canggih, namun tetap sepenuhnya dikendalikan manusia dan berorientasi pada manfaat sosial.

Konsep ini menempatkan manusia di pusat pengambilan keputusan, memastikan setiap kemajuan teknologi memiliki arah etis yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Pendekatan “humanist” ini menjadi pembeda utama antara Microsoft dan beberapa pesaing yang cenderung menonjolkan kecepatan inovasi tanpa banyak membahas aspek etika.


Dipimpin oleh Tokoh AI Dunia

Tim baru ini dipimpin oleh Mustafa Suleyman, CEO Microsoft AI sekaligus salah satu pendiri DeepMind (perusahaan AI yang kini berada di bawah Google). Suleyman dikenal dengan pendekatan yang menyeimbangkan inovasi dan tanggung jawab sosial, serta pernah memimpin pengembangan teknologi AI yang berfokus pada kemanusiaan.

Kepemimpinannya di Microsoft AI memperlihatkan arah baru perusahaan—menggabungkan kekuatan teknologi dengan nilai-nilai etis dan manfaat dunia nyata.


Fokus Awal: Kesehatan dan Medis

Salah satu fokus utama tim Superintelligence ini adalah diagnostik medis. Microsoft menilai bahwa sektor kesehatan merupakan area paling potensial bagi penerapan AI tingkat lanjut.

Dalam beberapa proyek awal, sistem AI Microsoft telah menunjukkan kemampuan menganalisis citra medis dan data pasien dengan hasil yang sebanding, bahkan melampaui akurasi manusia di beberapa kasus. Tim Superintelligence diharapkan dapat mempercepat pengembangan teknologi semacam ini, termasuk membantu dokter dalam pengambilan keputusan klinis dan perencanaan perawatan pasien.

Selain itu, tim juga akan mengeksplorasi bidang energi bersih dan pendamping AI (AI companion) yang dapat membantu manusia dalam pekerjaan maupun kehidupan sehari-hari.


Persaingan Ketat dengan Meta dan Raksasa Lain

Langkah Microsoft ini muncul di tengah meningkatnya persaingan global dalam pengembangan AI tingkat lanjut. Meta, misalnya, sebelumnya telah membentuk divisi Superintelligence Labs untuk mendorong penelitian kecerdasan buatan yang lebih otonom.

Sementara itu, OpenAI—mitra utama Microsoft dalam pengembangan model bahasa besar seperti ChatGPT—juga terus memperluas riset ke arah sistem AI yang lebih canggih dan mandiri.

Namun, Microsoft tampaknya memilih jalur yang sedikit berbeda. Jika perusahaan lain fokus pada peningkatan skala dan kemampuan, Microsoft justru menekankan aspek keselamatan, kontrol, dan nilai kemanusiaan.


Pendekatan Etis dan Tanggung Jawab Sosial

Dalam dokumen internal dan pernyataan resminya, Microsoft menekankan tiga prinsip utama dalam pengembangan superintelligence:

  1. Keselamatan dan kontrol penuh oleh manusia – AI tidak boleh mengambil keputusan kritis tanpa keterlibatan manusia.

  2. Keterbukaan dan akuntabilitas – proses pengembangan harus dapat diaudit dan dipahami publik.

  3. Manfaat sosial nyata – teknologi hanya dianggap sukses jika mampu memberi dampak positif pada kehidupan manusia.

Microsoft juga berencana membentuk komite etik internal untuk memastikan seluruh riset superintelligence tetap berada dalam koridor tanggung jawab sosial.


Dampak terhadap OpenAI dan Industri AI

Langkah ini juga dianggap sebagai sinyal bahwa Microsoft ingin berdiri lebih mandiri dari OpenAI. Meskipun keduanya masih memiliki hubungan erat dalam pengembangan model AI komersial, pembentukan tim superintelligence sendiri menunjukkan ambisi Microsoft untuk memiliki kendali penuh atas arah riset jangka panjangnya.

Beberapa analis menilai bahwa kerja sama antara Microsoft dan OpenAI akan bertransformasi menjadi bentuk yang lebih strategis—bukan hanya hubungan investasi, melainkan kolaborasi antar-laboratorium yang saling mendorong batas kemampuan teknologi.


Tantangan dan Kritik

Meski ambisinya besar, Microsoft tetap menghadapi dua tantangan utama.

Pertama, tantangan teknis: mengembangkan AI yang benar-benar melampaui kemampuan manusia membutuhkan lompatan besar dalam algoritma, efisiensi energi, dan pemahaman konteks dunia nyata.

Kedua, tantangan kepercayaan publik: semakin canggih sebuah AI, semakin besar pula kekhawatiran masyarakat terhadap penyalahgunaan, bias, atau potensi kehilangan kendali. Microsoft harus menunjukkan bahwa mereka bisa menyeimbangkan inovasi dan keamanan dalam waktu bersamaan.


Pembentukan MAI Superintelligence Team menegaskan bahwa Microsoft tidak ingin sekadar menjadi pengikut dalam perlombaan AI global. Perusahaan ini ingin menjadi pelopor AI yang berdaya tinggi sekaligus beretika, dengan orientasi utama pada manfaat manusia.

Fokus mereka pada bidang medis, energi, dan AI pendamping menunjukkan komitmen terhadap solusi nyata, bukan sekadar eksperimentasi teknologi.

Dalam era di mana kompetisi AI semakin sengit, langkah Microsoft ini menjadi penanda penting: bahwa masa depan kecerdasan buatan tidak hanya ditentukan oleh siapa yang paling cepat, tetapi oleh siapa yang paling bijak menggunakannya.

Ingin Tingkatkan Performa Bisnis Anda?

Dapatkan platform WhatsApp Blasting & AI Chatbot terbaik untuk mengoptimalkan bisnis Anda.