Nepal kembali mencatat sejarah politik yang mengejutkan dunia. Setelah gelombang demo besar-besaran yang mengguncang Kathmandu hingga membuat Perdana Menteri KP Sharma Oli lengser, kini tampuk kepemimpinan negara Himalaya itu jatuh ke tangan sosok yang tak pernah diduga: Shushila Karki.
Pada Jumat (12/9), Presiden Nepal Ram Chandra Paudel secara resmi melantik Karki sebagai perdana menteri baru. Yang menarik, dukungan untuk Karki datang bukan dari jalur politik konvensional, melainkan dari ribuan aktivis muda yang berkoordinasi lewat aplikasi daring Discord. Generasi Z Nepal melihat Karki sebagai simbol harapan baru di tengah krisis yang melanda negara mereka.
Baca Juga: Gedung Parlemen hingga Hotel Mewah, Aksi Protes Massa Nepal Targetkan Kaum Elite
Dari Petani Hingga Ketua Mahkamah Agung
Shushila Karki lahir sebagai anak sulung dari tujuh bersaudara dalam keluarga petani di Nepal timur. Meski berasal dari latar belakang sederhana, Karki tumbuh dengan tekad kuat untuk menempuh pendidikan tinggi.
1972: Lulus Sarjana Seni dari Mahendra Morang Campus.
1975: Meraih gelar master Ilmu Politik dari Banaras Hindu University, India.
1978: Lulus Sarjana Hukum dari Universitas Tribhuvan, Kathmandu.
Sejak muda, Karki sudah aktif mengajar sekaligus membuka kantor hukum di Biratnagar. Karier peradilannya melejit ketika ia diangkat sebagai hakim Mahkamah Agung pada 2009, dan tujuh tahun kemudian, pada Juli 2016, ia mencatat sejarah sebagai perempuan pertama yang menjabat Ketua Mahkamah Agung Nepal.
Sikap Anti-Korupsi yang Membuat Kagum dan Kontroversi
Kepemimpinan Karki di Mahkamah Agung terkenal dengan kebijakan zero tolerance terhadap korupsi. Ia memimpin sejumlah kasus besar, termasuk skandal korupsi yang melibatkan Menteri Informasi dan Komunikasi Jay Prakash Prasad Gupta.
Namun, sikap kerasnya membuat banyak musuh. Pada 2017, Karki sempat menghadapi mosi pemakzulan dari parlemen dengan tuduhan bias dalam putusan. Keputusan itu memicu gelombang protes publik yang menuntut independensi peradilan. Akhirnya, mosi ditarik dan Karki kembali menjabat hingga pensiun sebulan kemudian.
Mengapa Gen Z Memilih Karki?
Menariknya, Karki bukanlah seorang politisi. Justru itulah yang membuatnya dicintai generasi muda Nepal. Gen Z menganggapnya sebagai figur bersih, tegas, dan berani melawan korupsi—hal yang jarang terlihat di panggung politik Nepal.
Proses pemilihannya pun unik. Ribuan aktivis muda menggunakan Discord untuk mendiskusikan langkah politik pasca kerusuhan dan akhirnya memilih Karki sebagai figur pemimpin baru. Cara ini menunjukkan bagaimana teknologi dan media sosial kini memainkan peran besar dalam demokrasi modern.
Harapan Baru untuk Nepal
Dengan usia 73 tahun, Karki mungkin bukan representasi Gen Z secara biologis, tapi jelas menjadi simbol harapan generasi muda yang muak dengan politik lama yang sarat konflik dan korupsi.
Kini, publik menanti bagaimana Shushila Karki membawa Nepal keluar dari krisis politik dan sosial. Apakah pendekatan independen ala peradilan bisa diterapkan dalam panggung politik? Atau justru ia akan menghadapi tantangan lebih besar di kursi perdana menteri?
Yang jelas, pelantikan Karki menandai babak baru bagi Nepal—sebuah eksperimen politik di mana suara anak muda benar-benar mampu menentukan arah bangsa.