src img: liks suara
Sutradara & Naskah: Yandy Laurens
Pemain utama: Sheila Dara Aisha (Sore), Dion Wiyoko (Jonathan)
Tayang perdana: 10 Juli 2025 di bioskop Indonesia
Tren yang Melesat
Hari ke-5: 395.038 penonton
Hari ke-6: 522.206 penonton total – penambahan 126.466 hanya dalam sehari
Jumlah showtime terus meningkat hingga hampir 2.900 tayangan per hari, bahkan sempat menyalip film besar seperti Superman dan Jurassic World: Rebirth.
Hari ke‑8 (17 Juli / hari ini): Melonjak ke 667.560 penonton
Ending yang Bikin Nempel di Kepada dan Merinding
Film ini menyuguhkan twist ending yang mengejutkan, menyebabkan banyak penonton pulang dari bioskop dengan ekspresi bingung campur mewek. Di internet, film ini disebut punya momen emosional paling menyayat hati di paruh akhirnya.
“Di paruh kedua sampai ending, kalian bakal dikasih hadiah twist yang nggak terduga. Rasa kaget bercampur haru…”
“Kalau ada film Indonesia yang bisa bikin lo pengen maki‑maki karena SAKING BAGUSNYA… ini dia!”
Media sosial ramai dengan kutipan semacam:
“Kayaknya, mau diulang ratusan kali pun, aku bakalan tetep pilih kamu.”
Kritikus memuji bagaimana film ini berhasil menyeimbangkan antara visual, dialog, dan kedalaman emosi. Banyak yang menyoroti bahwa meski bertema time travel, inti film ini bukan soal logika ilmiah, tapi soal pilihan hidup dan penyesalan yang datang terlambat.
Kenapa Film Ini Layak Dipuji
Twist Emosional – Ending-nya bukan sekadar kejutan, tapi beresonansi dalam hati penonton.
Eksekusi Sinematik – Lokasi syuting di Eropa dan visual yang estetik memberi nuansa magis.
Aperformansi Karakter – Chemistry Sheila–Dion dinilai alami dan menyentuh.
Viral di Media Sosial – Banyak video reaksi penonton menangis tersebar, tagar seperti #SoreIdaman ikut trending.
Saat Cinta Menyelinap Lewat Celah Waktu
“Sore: Istri dari Masa Depan” bukan sekadar film romansa dengan kemasan fantasi. Ia menyentuh titik lemah manusia yang paling dalam: rasa menyesal, keinginan untuk memperbaiki, dan hasrat untuk kembali ke satu momen yang bisa mengubah segalanya.
Dan ketika semuanya mencapai klimaks—dialog terakhir, tatapan kosong, dan kamera perlahan mundur—penonton dihantam oleh lagu "Terbuang Dalam Waktu" dari Barasuara.
Lagu itu bukan hanya sekadar soundtrack. Ia jadi paku terakhir yang menancap dalam ke emosi penonton.
Banyak penonton mengaku, bahkan setelah layar gelap dan lampu bioskop menyala, mereka masih duduk terdiam. Lagu itu jadi jembatan sempurna antara layar dan hati penonton—membuat kisah Jonathan dan Sore terasa nyata, meski berasal dari waktu yang tak logis.
Dengan angka penonton yang terus naik, cerita yang relatable, dan penutup emosional yang menggigit, film ini sukses mengukuhkan dirinya bukan hanya sebagai hiburan—tapi juga pengalaman perasaan yang akan sulit dilupakan.