Bisnis

Strategi Landing Page untuk Startup B2B yang Ingin Terlihat Terpercaya Sejak Awal

Insan Bablast
7 Juli 2025
1 menit membaca
Strategi Landing Page untuk Startup B2B yang Ingin Terlihat Terpercaya Sejak Awal
Bagikan:

Strategi Landing Page untuk Startup B2B yang Ingin Terlihat Terpercaya Sejak Awal

Pendahuluan: Peran Strategis Landing Page dalam Model Bisnis B2B

Dalam dunia bisnis B2B, proses pengambilan keputusan pembelian melibatkan pertimbangan yang jauh lebih rasional dan kompleks dibandingkan B2C. Kredibilitas menjadi faktor utama yang mempengaruhi apakah suatu startup dapat dipercaya sebagai mitra atau tidak.

Startup B2B yang baru berdiri tidak memiliki reputasi pasar yang mapan. Oleh karena itu, kehadiran landing page yang profesional dan terstruktur sangat penting sebagai titik pertama yang membangun persepsi calon klien. Berdasarkan riset dari Stanford Web Credibility Research, 75% pengguna menilai kredibilitas perusahaan dari tampilan dan kualitas situs webnya.

Memahami Dasar Pembuatan Landing Page: Pendekatan AIDA

Bagi sebagian besar pemilik startup, terutama yang belum berlatar belakang digital marketing, membangun landing page seringkali terasa membingungkan. Salah satu pendekatan yang mudah dipahami namun efektif adalah model AIDA: Attention, Interest, Desire, Action. Ini merupakan kerangka komunikasi klasik dalam pemasaran yang juga sangat relevan dalam merancang landing page.

Berikut penjelasan singkatnya:

  1. Attention
    Landing page harus mampu menarik perhatian sejak detik pertama. Umumnya dilakukan melalui headline yang kuat dan visual yang menarik. Fokus pada pain point yang relevan.

  2. Interest
    Setelah perhatian didapat, pengunjung perlu merasa bahwa apa yang ditawarkan memang sesuai dengan kebutuhan mereka. Penjelasan manfaat, ilustrasi cara kerja produk, atau studi kasus bisa disampaikan di bagian ini.

  3. Desire
    Di tahap ini, pengunjung diyakinkan bahwa solusi Anda adalah pilihan terbaik. Bukti sosial seperti testimoni, logo klien, atau hasil yang sudah dicapai sangat membantu membangun keinginan untuk lanjut.

  4. Action
    Terakhir, ajak mereka untuk mengambil langkah nyata: mendaftar, menjadwalkan demo, atau mengunduh materi. CTA (call-to-action) harus jelas, menonjol secara visual, dan mengarah pada aksi yang spesifik.

Menggunakan pendekatan AIDA membuat proses merancang landing page lebih terarah dan tidak sekadar "mengisi halaman".

Baca juga : Promosikan Produkmu Lebih Profesional dengan Landing Page

Elemen Dasar yang Harus Ada di Landing Page

Untuk memastikan efektivitas dan profesionalitas landing page, berikut adalah elemen-elemen fundamental yang sebaiknya disusun secara logis:

  1. Headline yang Menarik dan Relevan
    Langsung menyampaikan nilai utama atau solusi yang ditawarkan.

  2. Subheadline atau Penjelasan Nilai
    Menguatkan headline dan memberi alasan mengapa pengunjung harus peduli.

  3. Visual Pendukung
    Gambar produk, ilustrasi proses kerja, atau tangkapan layar yang memperjelas konteks.

  4. Penjelasan Singkat Mengenai Produk atau Layanan
    Fokus pada manfaat dan hasil, bukan hanya daftar fitur teknis.

  5. Bukti Sosial (Social Proof)
    Testimoni, logo klien, penghargaan, atau studi kasus yang meningkatkan kredibilitas.

  6. Ajakan Bertindak (Call-to-Action)
    Satu CTA utama, jelas, dan tidak membingungkan. Contoh: "Minta Proposal" atau "Jadwalkan Demo".

  7. Formulir Kontak atau Pendaftaran
    Singkat dan langsung ke tujuan: biasanya nama, email, dan kebutuhan dasar.

  8. Kebijakan Privasi dan Keamanan
    Wajib dicantumkan jika mengumpulkan data pengguna. Ini menunjukkan kepatuhan dan transparansi.

  9. Desain Responsif
    Harus nyaman diakses baik dari desktop maupun perangkat mobile.

  10. Struktur Halaman Satu Arah
    Fokuskan halaman pada satu tujuan konversi, minimalkan tautan ke halaman lain.

Baca juga : Landing Page dan Pixel jadi Solusi Pertumbuhan Iklan Bisnis Retail

Mendesain Landing Page yang Mencerminkan Reputasi

Landing page untuk startup B2B harus dibangun dengan prinsip-prinsip desain yang selaras dengan ekspektasi target audiens: profesional, bersih, dan efisien. Tidak perlu terlalu artistik atau eksperimental. Justru dalam konteks B2B, kejelasan informasi dan tata letak yang terstruktur lebih dihargai.

Beberapa prinsip desain yang perlu diperhatikan:

  • Gunakan skema warna yang konservatif dan elegan, seperti biru, abu-abu, atau putih.

  • Terapkan typography yang stabil dan mudah dibaca (seperti font sans-serif modern).

  • Fokus pada hierarchy visual yang logis: headline → proposisi nilai → penjelasan produk → bukti sosial → CTA.

Menurut Blue Corona, 48% pengguna mengasosiasikan desain web dengan kredibilitas. Maka, investasi pada desain bukanlah biaya tambahan, melainkan fondasi dalam membangun kepercayaan.

Baca juga : Bagaimana Landing Page Meningkatkan Kualitas Leads dalam Iklan Bisnis Retail Produk Kecantikan

Merumuskan Value Proposition Secara Ringkas dan Relevan

Dalam strategi komunikasi B2B, proposisi nilai (value proposition) harus disampaikan secara ringkas dan relevan dengan permasalahan yang dihadapi prospek. Hindari jargon teknis yang tidak perlu, terutama bila audiens terdiri dari pengambil keputusan non-teknis.

Struktur komunikasi yang disarankan:

  • Headline yang langsung menyentuh pain point atau outcome.

  • Subheadline yang memperkuat solusi secara kuantitatif.

  • Bullet point untuk menjabarkan fitur utama yang dikaitkan langsung dengan manfaatnya.

  • Sertakan testimoni atau use case singkat jika sudah tersedia.

Riset dari HubSpot menunjukkan bahwa landing page dengan pendekatan value-driven memiliki konversi 27% lebih tinggi dibanding landing page yang hanya menekankan fitur.

Baca juga : Jenis-Jenis Landing Page: Memahami Fungsi dan Kegunaannya

Menyertakan Bukti Sosial dan Indikator Kepercayaan

Karena startup biasanya belum memiliki rekam jejak panjang, penting untuk menunjukkan bukti kepercayaan melalui berbagai elemen pendukung. Dalam konteks B2B, klien cenderung mengevaluasi mitra dari siapa yang pernah bekerja sama dengannya, testimoni pengguna, serta kehadiran tim yang kredibel.

Komponen yang bisa ditampilkan antara lain:

  • Logo partner, klien, atau institusi pendukung (meskipun berskala kecil).

  • Sertifikasi industri, badge keamanan digital, atau akreditasi resmi.

  • Profil tim pendiri dan eksekutif dengan latar belakang profesional.

  • Studi kasus atau ringkasan pencapaian yang sudah diraih (jika ada).

Menurut Nielsen Norman Group, elemen-elemen semacam ini dapat meningkatkan kepercayaan dan memperpanjang waktu interaksi pengunjung dengan halaman.

Baca juga : Landing Page, Senjata Baru Pelaku Bisnis Digital Tingkatkan Penjualan

Menyusun CTA Berdasarkan Tahapan Sales Funnel

CTA dalam konteks B2B tidak dapat disamakan dengan B2C. Karena siklus pembeliannya panjang dan lebih kompleks, CTA harus disesuaikan dengan tahap funnel yang ditargetkan.

Untuk startup B2B, pendekatan low-friction seperti berikut lebih efektif:

  • “Jadwalkan demo”

  • “Unduh whitepaper”

  • “Minta proposal”

  • “Konsultasi gratis”

CTA perlu dirancang agar tidak memaksa, tapi tetap jelas dan terukur. Hindari menempatkan terlalu banyak CTA dalam satu halaman karena bisa menurunkan conversion rate.

Laporan dari WordStream menunjukkan bahwa landing page dengan satu CTA utama cenderung menghasilkan conversion rate hingga 13,5%, dibandingkan 4–5% pada landing page dengan banyak ajakan bertindak.

Baca juga : Fungsi Landing Page untuk Bisnis: Mengapa Penting untuk Pertumbuhan Digital Anda?

Evaluasi Berbasis Data: Iteratif dan Berorientasi Hasil

Setiap landing page sebaiknya diperlakukan sebagai aset hidup yang terus dievaluasi dan dioptimalkan. Ini berarti pengambilan keputusan harus berbasis data—bukan hanya asumsi desain.

Gunakan:

  • Google Analytics atau Matomo untuk menganalisis performa dasar seperti bounce rate, CTR, dan traffic source.

  • Hotjar atau Clarity untuk memetakan perilaku pengguna secara visual (scroll depth, klik terbanyak, dll).

  • A/B testing untuk menguji variasi headline, susunan konten, hingga warna tombol CTA.

Unbounce melaporkan bahwa startup yang menerapkan A/B testing secara konsisten bisa meningkatkan conversion rate hingga 30% dalam waktu tiga bulan. Ini membuktikan bahwa optimalisasi landing page secara berkala sangat relevan, bahkan untuk tahap awal pertumbuhan.

Baca juga : Landing Page sebagai Salah Satu Cara Promosi Efektif

Kesimpulan

Landing page bukan hanya elemen pelengkap dari strategi pemasaran digital, melainkan representasi strategis dari bisnis, khususnya di sektor B2B. Melalui pendekatan AIDA, struktur yang terukur, serta penekanan pada trust-building, sebuah startup dapat membangun kredibilitas meski belum memiliki portofolio besar.

Pada akhirnya, tujuan utama landing page bukan hanya menginformasikan, melainkan mengarahkan. Ia harus mampu mengubah pengunjung menjadi prospek, lalu membawa mereka ke dalam proses bisnis secara terstruktur.

Baca juga : Perbedaan Website dengan Landing Page: Mana yang Tepat untuk Bisnis Anda?

Daftar Referensi

  • Stanford Web Credibility Research – Stanford Persuasive Technology Lab

  • Blue Corona – Web Design Statistics and Consumer Behavior Report

  • HubSpot – Landing Page Conversion Optimization Report

  • Nielsen Norman Group – Trust and User Experience Studies

  • WordStream – Conversion Rate Optimization Benchmark Report

  • Unbounce – Conversion Benchmark Data for B2B Websites

  • Matomo Analytics – Web Analytics for Digital Marketers

  • Microsoft Clarity – User Behavior Mapping Tools

Ingin Tingkatkan Performa Bisnis Anda?

Dapatkan platform WhatsApp Blasting & AI Chatbot terbaik untuk mengoptimalkan bisnis Anda.