Umum

Penyebab Perang Saudara antara Sudanese Armed Forces (SAF) dan Rapid Support Forces (RSF)

Insan Bablast
6 November 2025
1 menit membaca
Penyebab Perang Saudara antara Sudanese Armed Forces (SAF) dan Rapid Support Forces (RSF)
Bagikan:

Penyebab Perang Saudara antara Sudanese Armed Forces (SAF) dan Rapid Support Forces (RSF)

Perang saudara yang berkecamuk di Sudan sejak April 2023 antara SAF dan RSF memiliki akar yang kompleks: politik, militer, ekonomi, etnis, dan geopolitik. Berikut penjelasan komprehensif mengapa konflik ini terjadi.


1. Latar Belakang Singkat Konflik

Konflik ini meletus ketika RSF — yang awalnya paramiliter dan kemudian menjadi bagian dari struktur keamanan Sudan — tidak mampu menyelesaikan proses integrasi secara damai dengan SAF.

RSF terbentuk dari kelompok milisi seperti Janjaweed di Darfur, dan pada 2017 mulai dilegalkan ke dalam struktur resmi negara, namun tetap mempertahankan otonominya sendiri. Setelah penggulingan Presiden Omar al-Bashir pada 2019, Sudan memasuki masa transisi menuju pemerintahan sipil. Namun proses tersebut tersendat, terutama dalam urusan integrasi RSF ke dalam SAF.

Dilansir dari beberapa sumber internasional, ketegangan meningkat karena RSF menolak tempo integrasi yang ditetapkan SAF, sebab mereka tidak ingin kehilangan kendali atas struktur dan bisnisnya sendiri.


2. Pemicu Langsung Konflik

Beberapa faktor utama yang memicu perang antara SAF dan RSF antara lain:

  • Perselisihan integrasi RSF ke dalam SAF. Perjanjian transisi menuntut RSF digabung sepenuhnya ke dalam militer resmi, namun RSF menolak karena tidak ingin kehilangan pengaruhnya.

  • Perebutan kekuasaan politik. SAF merasa posisinya sebagai angkatan bersenjata resmi terancam oleh pengaruh politik dan ekonomi RSF yang terus berkembang.

  • Kepentingan ekonomi. RSF memiliki jaringan bisnis sendiri seperti perdagangan emas dan ekspor, sementara SAF ingin mengembalikan kendali penuh negara atas sumber daya tersebut.


3. Faktor Struktural dan Mendalam

a. Kepentingan Ekonomi dan Sumber Daya

Sudan memiliki sumber daya alam yang melimpah, termasuk emas, minyak, dan lahan pertanian. RSF diketahui terlibat dalam bisnis tambang emas serta jalur perdagangan yang menghasilkan keuntungan besar. SAF menilai hal ini sebagai ancaman terhadap kontrol negara. Dilansir dari laporan ekonomi Afrika Timur, perebutan sumber daya menjadi salah satu alasan utama kedua kubu enggan menyerah.

b. Kegagalan Transisi Politik

Setelah jatuhnya Omar al-Bashir, Sudan berupaya beralih ke pemerintahan sipil. Namun dominasi militer dan lemahnya lembaga sipil membuat proses ini gagal. Ketiadaan pemerintahan yang stabil memberi ruang bagi SAF dan RSF untuk berebut kekuasaan.

c. Faktor Etnis dan Sejarah Kekerasan

Beberapa wilayah seperti Darfur dan Kordofan Selatan memiliki sejarah panjang konflik etnis. RSF, yang berakar dari milisi Darfur, dituding melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap kelompok etnis minoritas. Dilansir dari laporan hak asasi manusia PBB, kekerasan terhadap warga sipil di wilayah ini telah meningkat tajam sejak konflik dimulai.

d. Faktor Militer dan Strategis

RSF membangun kekuatan militer mandiri dengan logistik, senjata, dan pasukan terlatih, menjadikannya lawan tangguh bagi SAF. Sebaliknya, SAF membalas dengan membentuk aliansi dengan kelompok bersenjata lokal untuk menekan kekuatan RSF di berbagai kota besar.


4. Ringkasan Tiga Penyebab Utama

Dari berbagai faktor di atas, perang saudara di Sudan dapat dirangkum menjadi tiga penyebab utama:

  1. Persaingan kekuasaan militer dan politik — perebutan kontrol antara SAF dan RSF.

  2. Kepentingan ekonomi — siapa yang menguasai sumber daya dan keuntungan negara.

  3. Ketidakstabilan politik serta warisan konflik etnis — transisi gagal dan luka lama di wilayah Darfur.


5. Dampak dan Implikasi Global

Perang ini telah menimbulkan krisis kemanusiaan besar: jutaan warga mengungsi, ribuan tewas, dan banyak kota mengalami kelaparan parah. Dilansir dari laporan PBB, sebagian wilayah Sudan kini terancam bencana kelaparan massal karena terputusnya bantuan kemanusiaan.

Dari sisi geopolitik, konflik ini juga menarik campur tangan negara-negara asing yang memiliki kepentingan di wilayah Afrika Timur. Beberapa analis menyebut Sudan kini menjadi ajang perebutan pengaruh antar kekuatan global.


6. Penutup

Perang antara SAF dan RSF bukan sekadar pertarungan militer, melainkan cerminan dari kegagalan negara dalam membangun sistem politik yang adil, ekonomi yang transparan, dan militer yang bersatu. Selama akar masalah seperti perebutan sumber daya, kekuasaan militer, dan ketimpangan etnis belum diselesaikan, perdamaian sejati di Sudan masih jauh dari kenyataan.

Ingin Tingkatkan Performa Bisnis Anda?

Dapatkan platform WhatsApp Blasting & AI Chatbot terbaik untuk mengoptimalkan bisnis Anda.