Setelah melewati masa-masa sulit dengan performa film yang mengecewakan, Marvel akhirnya punya alasan untuk tersenyum lagi. Thunderbolts, film penutup Fase Lima MCU, hadir membawa gebrakan besar—baik dari sisi cerita, pendekatan visual, hingga sambutan pasar. Apakah ini pertanda bahwa Marvel sedang bangkit dari kelelahan panjangnya?
Ledakan Box Office yang Tak Terbantahkan
Angka tidak pernah berbohong. Thunderbolts menggebrak box office dengan pendapatan global sebesar 162 juta dolar di akhir pekan pertama. Dari jumlah itu, 76 juta dolar berasal dari pasar domestik AS. Angka ini menandai salah satu pembukaan terbesar Marvel dalam beberapa tahun terakhir—bahkan melampaui ekspektasi banyak analis industri.
Ini menjadi titik balik penting, terutama setelah performa loyo dari beberapa film sebelumnya seperti The Marvels dan Ant-Man: Quantumania yang dianggap gagal mempertahankan kejayaan MCU.
Nuansa Baru: Lebih Gelap, Lebih Dalam, Lebih Serius
Thunderbolts hadir dengan pendekatan berbeda. Disutradarai oleh Jake Schreier, film ini menanggalkan gaya ceria Marvel yang selama ini jadi ciri khas, dan menggantinya dengan atmosfer lebih muram, emosional, dan penuh dilema moral.
Para karakter utama bukan pahlawan dalam arti tradisional, tapi orang-orang dengan masa lalu kelam dan motivasi abu-abu. Yelena Belova, Red Guardian, Bucky Barnes, dan karakter baru seperti Bob/The Sentry ditampilkan sebagai sosok rapuh sekaligus berbahaya—kombinasi yang membuat mereka terasa lebih manusiawi dan menarik.
Karakter Kuat dan Plot yang Bikin Penonton Terdiam
Tidak berlebihan jika banyak penonton menyebut Thunderbolts sebagai film Marvel paling emosional sejak Infinity War. Chemistry antar-karakter begitu kuat, terutama antara Yelena dan Bucky, yang berbagi trauma dan rasa bersalah yang sama.
Yang paling mengejutkan adalah pengungkapan bahwa tim ini sebenarnya merupakan cikal bakal dari “The New Avengers.” Tanda bintang (*) pada judul bukan sekadar gaya tipografi, melainkan simbol naratif yang punya arti besar. Twist ini sukses menghidupkan kembali diskusi dan teori-teori penggemar di media sosial.
Tools AI Balas Pesan WA Otomatis cuma 25rb/Bulan. KLIK DISINI UNTUK BELI
Dari Pusat Kota Kuala Lumpur ke Layar Global
Salah satu daya tarik visual utama Thunderbolts adalah pengambilan gambar di Kuala Lumpur, Malaysia. Salah satu adegan aksi terbesar—yang menampilkan Yelena melompat dari Merdeka 118, gedung tertinggi kedua di dunia—dikerjakan tanpa pemeran pengganti. Florence Pugh sendiri melakukan adegan tersebut secara langsung, memberikan kesan nyata yang sulit ditiru dengan CGI.
Pilihan lokasi ini bukan hanya unik, tetapi juga menandakan usaha Marvel untuk menjangkau pasar Asia dengan cara yang lebih otentik dan sinematik.
Kritikus Bicara: “Ini Marvel yang Berani Ambil Risiko”
Skor 88% di Rotten Tomatoes adalah bukti nyata. Kritikus memuji keberanian Marvel untuk keluar dari zona nyaman, menyuguhkan cerita yang lebih intim dan penuh risiko emosional. Lewis Pullman, pendatang baru di MCU, mendapat sorotan khusus atas perannya sebagai Bob/The Sentry—karakter dengan kekuatan luar biasa namun jiwa yang rapuh.
Banyak yang menyebut film ini sebagai “film A24-nya Marvel”—sebuah pujian yang mengindikasikan keberhasilan Marvel menjangkau kalangan penonton yang lebih dewasa dan selektif.
Apakah Ini Awal Babak Baru MCU?
Lebih dari sekadar sukses komersial, Thunderbolts adalah pernyataan sikap dari Marvel: bahwa mereka masih mampu berkembang dan beradaptasi. Di tengah kejenuhan penonton terhadap film superhero, pendekatan baru ini menjadi angin segar yang sangat dibutuhkan.
Jika Thunderbolts dijadikan standar baru MCU ke depan, maka harapan untuk kebangkitan semesta sinematik ini bukan hanya kemungkinan—tapi kenyataan yang mulai terlihat jelas.
Baca Juga : Rumor Kemunculan X-Men di Avengers: Doomsday, Siapa Saja yang Akan Hadir?