Pada 17 Juli 2025 sekitar pukul 13.00 WITA, seorang pendaki Warga Negara Denmark, Sarah Tamar van Hulten, dilaporkan terjatuh di jalur Pelawangan Sembalun menuju Danau Segara Anak, gunung Rinjani, Lombok, NTB . Dalam kejadian ini:
Sarah langsung melaporkan kejadian kepada Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR).
Tim SAR Pos Kayangan yang terdiri dari TNGR Sembalun, Sar Unit Lombok Timur, EMHC, porter, dan masyarakat tiba di lokasi sekitar pukul 16.50 WITA
Sarah selamat, namun mengalami patah tulang di kaki, lalu dievakuasi melalui helikopter Basarnas .
Macro-insiden: Rangkaian Kecelakaan di Rinjani Tahun 2025
Insiden Sarah datang hanya sehari setelah evakuasi serupa terhadap pendaki asal Swiss, Benedikt Emmenegger (46 tahun), yang jatuh dari jalur yang sama pada 16 Juli dengan luka kaki dan kepala dan juga diselamatkan via helikopter .
Sebelumnya, pada 21 Juni 2025, turis asal Brasil, Juliana Marins (26 tahun), meninggal dunia setelah terjatuh lebih dari 600 meter ke dalam jurang, dengan kondisi cuaca dan medan ekstrem yang menghalangi evakuasi cepat. Setelah empat hari pencarian, jenazahnya ditemukan pada 24 Juni .
Mount Rinjani memiliki elevasi 3.726 meter, dengan jalur pendakian yang sempit, licin, dan berbatu, serta kondisi cuaca yang sangat tidak stabil di ketinggian . Jalur Sembalun ke Segara Anak terkenal sebagai salah satu area rawan karena:
Medan yang curam dan berkerikil halus, mudah tergelincir saat basah atau lelah,
Lingkungan bersisi jurang di kedua sisi jalur, sangat berbahaya saat kehilangan konsentrasi .
Para pakar dan media menekankan bahwa kecelakaan pendakian di Rinjani terus berulang karena SOP yang belum cukup kuat, kurangnya tanda peringatan, dan jumlah pendaki yang tinggi tanpa kontrol ketat .
Pasca tragedi Juliana dan kejadian turis asing lainnya, pemerintah Provinsi NTB dan lembaga terkait bergerak cepat untuk meningkatkan standar keselamatan:
Evaluasi ulang SOP pendakian, termasuk persyaratan pengalaman dan registrasi ketat untuk turis mancanegara dan domestik.
Pemasangan tanda bahaya dan rambu zona risiko (merah–kuning–hijau) di jalur-jalur berbahaya .
Penyiapan peralatan evakuasi darurat di beberapa titik jalur, termasuk pelatihan evakuasi vertikal standar internasional (sejak 16–20 Juli) .
Pemberian pelatihan SAR, navigasi digital (seperti sistem Rinjani 360), dan penggunaan pelacak seperti RFID atau ELT untuk mendeteksi pendaki dalam keadaan darurat kompas.id.
Kronologi kejadian yang menimpa Sarah Tamar van Hulten (Denmark) ini kembali menjadi pengingat bahwa meskipun pendakian Rinjani populer, jalurnya tetap sangat berisiko.
Tips penting untuk calon pendaki:
Pilih jalur berdasarkan pengalaman fisik dan teknis.
Gunakan jasa guide resmi bersertifikat.
Beristirahat cukup, hindari kelelahan sebelum segmen berbahaya.
Ikuti instruksi SAR dan jangan melewati zona risiko yang ditandai.
Dengan penguatan SOP dan sistem keselamatan, pemerintah berharap Rinjani dapat tetap menjadi ikon trekking Indonesia yang aman dan bertanggung jawab.