Pernahkah kamu mendengar istilah workplace gatekeeping?Fenomena ini terjadi ketika seseorang atau sekelompok orang di tempat kerja berperan layaknya “penjaga gerbang” yang menentukan siapa yang boleh masuk, berkembang, atau bahkan didengar. Gatekeeping bisa muncul dalam bentuk yang halus maupun terang-terangan, dan dampaknya tidak bisa dianggap sepele.
Apa Itu Workplace Gatekeeping?
Workplace gatekeeping adalah praktik membatasi akses, peluang, atau informasi bagi orang lain di lingkungan kerja. Penjaga gerbang ini biasanya memegang posisi berpengaruh, baik secara formal (atasan, manajer) maupun informal (karyawan senior, kelompok tertentu). Alih-alih membuka jalan bagi kolaborasi dan pertumbuhan bersama, mereka cenderung menjaga “pintu” agar hanya segelintir orang yang bisa masuk atau naik.
Bentuk-Bentuk Gatekeeping di Kantor
Informasi yang Ditahan
Rekan kerja atau atasan sengaja menyimpan informasi penting agar hanya dirinya yang terlihat berperan besar.Standar Ganda dalam Penilaian
Kesempatan promosi, proyek besar, atau pelatihan diberikan hanya kepada orang-orang tertentu, sering kali karena kedekatan personal.Eksklusi Sosial
Ada lingkaran kecil di kantor yang menutup diri dari orang lain, sehingga menciptakan “tembok tak kasat mata” bagi karyawan baru atau junior.Menentukan Siapa yang Berhak Didengar
Ide atau usulan dari seseorang bisa diabaikan hanya karena statusnya lebih rendah, meski ide tersebut sangat bagus.
Dampak Negatif Workplace Gatekeeping
Menghambat Karier: Banyak talenta terabaikan hanya karena tidak bisa melewati “gerbang” yang dijaga segelintir orang.
Menurunkan Moral Karyawan: Rasa frustrasi, minder, atau bahkan burnout bisa muncul akibat tidak diberi kesempatan.
Membunuh Inovasi: Ketika hanya suara tertentu yang didengar, ide segar bisa hilang begitu saja.
Menciptakan Toxic Culture: Lingkungan kerja jadi penuh persaingan tidak sehat dan politik kantor.
Bagaimana Cara Menghadapinya?
Bangun Aliansi: Cari rekan kerja yang suportif dan terbuka.
Transparansi & Dokumentasi: Biasakan mencatat kontribusi agar tidak diabaikan.
Komunikasi Terbuka: Ajukan pertanyaan langsung dan tegas saat ada akses yang ditutup-tutupi.
Peran Manajemen: Pemimpin perlu sadar dan mengatasi gatekeeping agar budaya kerja lebih inklusif.
Penutup
Workplace gatekeeping bukan sekadar isu sepele. Ia bisa menghambat pertumbuhan individu sekaligus menggerogoti produktivitas perusahaan. Di era kerja yang seharusnya semakin kolaboratif, sudah saatnya pintu-pintu kesempatan dibuka lebih lebar. Karena pada akhirnya, keberhasilan tim tidak ditentukan oleh siapa yang menjaga gerbang, melainkan oleh siapa yang bisa bekerja sama membangun jembatan.