Penyebab Utama Kenaikan Jumlah Penderita Diabetes di Indonesia
Jumlah penderita diabetes di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Menurut data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2021, Indonesia menempati peringkat kelima dunia dengan jumlah penderita diabetes mencapai 19,5 juta orang, dan angka ini diperkirakan akan terus bertambah.
Peningkatan ini tidak terjadi tanpa sebab. Ada beberapa faktor utama yang berperan besar dalam melonjaknya jumlah penderita diabetes di tanah air, dan sebagian besar berasal dari pola hidup sehari-hari yang sebenarnya bisa dicegah.

1. Pola Makan Tak Seimbang dan Tingginya Konsumsi Gula
Salah satu penyebab terbesar dari naiknya angka diabetes di Indonesia adalah konsumsi gula dan karbohidrat sederhana yang sangat tinggi. Data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi gula penduduk Indonesia mencapai 15-20 sendok teh per hari, padahal batas aman yang dianjurkan oleh WHO hanya sekitar 4-6 sendok teh per hari.
Kebiasaan mengonsumsi minuman manis, makanan instan, dan gorengan menjadikan tubuh kelebihan kalori dan gula, yang dalam jangka panjang menyebabkan resistensi insulin. Ini adalah langkah awal menuju diabetes tipe 2.
Baca juga : Sejarah Jalur Sutra dari China ke Eropa: Jejak Perdagangan yang Mengubah Dunia
2. Gaya Hidup Tidak Aktif (Sedentary Lifestyle)
Semakin banyak masyarakat Indonesia, terutama di kota-kota besar, yang menjalani hidup dengan aktivitas fisik yang sangat minim. Banyak pekerjaan saat ini dilakukan dalam posisi duduk selama berjam-jam, dan di luar jam kerja pun, aktivitas cenderung pasif: menonton TV, bermain ponsel, atau sekadar rebahan.
Menurut data WHO tahun 2020, sekitar 33,5% penduduk Indonesia kurang beraktivitas fisik. Padahal, aktivitas fisik sangat penting untuk membantu tubuh mengontrol kadar gula darah dan menjaga berat badan ideal. Kurangnya gerak, jika digabungkan dengan pola makan buruk, menjadi kombinasi yang sangat berisiko.
Baca juga : AI‑Optimized Light Sail: Masa Depan Penjelajahan Bintang dengan Proyek Starshot
3. Faktor Keturunan dan Genetik
Meski gaya hidup adalah faktor utama, genetik tetap menjadi penyumbang risiko yang perlu diperhatikan. Orang yang memiliki orang tua atau saudara kandung dengan diabetes memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit yang sama.
Namun perlu ditekankan, memiliki riwayat keluarga bukanlah vonis. Dengan pola hidup yang sehat dan pemeriksaan rutin, risiko ini tetap bisa ditekan. Genetik bukan takdir yang tidak bisa diubah, tapi justru peringatan agar lebih waspada.
Baca juga : Risiko Menggunakan WhatsApp Blasting yang Perlu Anda Ketahui
4. Kurangnya Edukasi dan Deteksi Dini
Banyak orang di Indonesia tidak menyadari bahwa mereka sudah memasuki fase pradiabetes, atau bahkan sudah mengidap diabetes, karena gejala awalnya sering diabaikan. Rasa haus berlebihan, sering buang air kecil, cepat lelah—semuanya dianggap hal biasa dan tidak langsung dikonsultasikan ke dokter.
Menurut laporan Kementerian Kesehatan RI tahun 2022, sekitar 73% penderita diabetes di Indonesia tidak menyadari bahwa mereka mengidap penyakit ini. Ini terjadi karena rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pemeriksaan gula darah secara rutin.
Baca juga : Turis Denmark Terjatuh di Gunung Rinjani: Kronologi dan Implikasi Keselamatan
5. Akses Layanan Kesehatan yang Belum Merata
Di beberapa daerah, terutama luar Pulau Jawa, akses ke layanan kesehatan masih terbatas. Pemeriksaan kesehatan preventif seperti cek gula darah tidak selalu tersedia dengan mudah, dan edukasi kesehatan pun belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat.
Program seperti Posbindu PTM (Penyakit Tidak Menular) sebenarnya sudah digalakkan, namun belum menjangkau semua wilayah secara optimal. Ketimpangan ini menyebabkan banyak kasus diabetes tidak terdiagnosis hingga mencapai tahap komplikasi.
Baca juga : Review Superman (2025): Harapan Baru DC Universe Dimulai
Penutup: Ini Bukan Masalah Individu, Tapi Masalah Kolektif
Lonjakan jumlah penderita diabetes di Indonesia bukan hanya urusan medis atau individu semata. Ini adalah gambaran dari cara hidup masyarakat secara keseluruhan: apa yang kita makan, bagaimana kita bergerak, dan seberapa sadar kita terhadap tubuh sendiri.
Mengubah pola hidup bukan hal mudah, tapi bukan pula hal mustahil. Langkah kecil seperti mengurangi minuman manis, mulai berjalan kaki setiap hari, dan rutin periksa kesehatan bisa menjadi awal perubahan besar. Karena mencegah selalu lebih baik daripada mengobati—terutama untuk penyakit yang dampaknya bisa seumur hidup.
Baca juga : Joe Taslim Kembali di ‘Mortal Kombat 2’, Tapi Bukan Lagi Sub-Zero !
Referensi dan Sumber Data:
International Diabetes Federation. (2021). IDF Diabetes Atlas 10th Edition.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. (2018). Riskesdas.
WHO. (2020). Global Health Observatory Data Repository.
Kementerian Kesehatan RI. (2022). Profil Kesehatan Indonesia.