Google Membayar Karyawannya Untuk Menganggur Selama 1 Tahun ?
Dalam dunia teknologi yang serba cepat, menjaga talenta terbaik bukan hanya soal gaji tinggi atau kantor keren. Google, salah satu raksasa teknologi dunia, bahkan rela membayar sejumlah karyawannya untuk tidak bekerja selama satu tahun penuh. Terdengar aneh? Justru ini adalah strategi cerdas—dan sangat kompetitif—untuk tetap unggul dalam perlombaan kecerdasan buatan (AI).

Strategi Garden Leave: Dibayar Tanpa Bekerja
Google melalui unit AI-nya, DeepMind, menerapkan kebijakan “garden leave” atau cuti berkebun—istilah yang digunakan untuk menyebut kondisi ketika seorang karyawan diberi cuti dengan tetap digaji, tetapi tidak boleh bekerja di tempat lain. Biasanya, ini dilakukan saat karyawan akan keluar dari perusahaan.
Namun, yang mengejutkan adalah: Google memperpanjang masa garden leave ini hingga 12 bulan untuk sejumlah karyawan top-nya, demi mencegah mereka “dibajak” oleh perusahaan rival seperti OpenAI dan Microsoft. Selama masa ini, mereka tetap menerima gaji penuh—meski tidak punya tanggung jawab kerja harian.
Baca juga : Asal Usul Kopi: Dari Legenda Kaldi Hingga Menyebar ke Nusantara dan Dunia
Melindungi Aset Paling Berharga: Talenta AI
Mengapa sampai segitunya?
Jawabannya: talenta AI adalah aset paling berharga saat ini. Kemajuan AI sangat tergantung pada kualitas orang di balik layar. Seorang peneliti atau engineer AI bisa menjadi pembeda besar antara siapa yang memimpin pasar dan siapa yang tertinggal.
Dengan membayar karyawan untuk tidak bekerja, Google berharap dapat memperlambat pergerakan talenta ke pesaing, sembari menjaga rahasia perusahaan tetap aman.
Baca juga : Kapan Film Nobody 2 Tayang? Ini Tanggal Rilis dan Fakta Lengkap Sekuel Aksi Bob Odenkirk
Tak Semua Karyawan Senang
Meskipun terlihat “enak”—digaji tanpa kerja—beberapa karyawan mengeluhkan strategi ini. Dalam industri yang sangat dinamis, jeda satu tahun bisa berarti kehilangan peluang emas. Beberapa mantan karyawan bahkan menyebut praktik ini sebagai bentuk penyalahgunaan kekuasaan.
Nando de Freitas, mantan direktur DeepMind dan kini menjabat sebagai Wakil Presiden AI di Microsoft, mengaku dihubungi oleh sejumlah karyawan Google yang ingin mencari celah keluar dari kontrak non-kompetisi ini.
Baca juga : Kenapa Google Tiba-Tiba Ubah Logo? Ini Penjelasan Lengkap Beserta Filosofi Desainnya
Kritik dan Kontroversi
Di Eropa, perjanjian non-kompetisi semacam ini mulai dikritik karena dianggap menghambat mobilitas kerja dan inovasi. Beberapa negara bahkan mempertimbangkan untuk membatasi durasi atau efektivitas hukum dari klausul semacam ini.
Google sendiri menanggapi bahwa kontrak tersebut telah sesuai dengan hukum dan standar pasar, serta hanya diterapkan untuk posisi-posisi strategis.
Baca juga : Apakah Kebisingan Bisa Bikin Ngantuk? Ini Penjelasan Psikologis dan Riset Ilmiahnya
Strategi Perang Talenta
Jadi, kenapa Google membayar karyawannya untuk menganggur selama 1 tahun? Jawabannya bukan karena mereka santai, tapi karena mereka sedang memainkan strategi tinggi dalam perang talenta global. Di dunia AI, satu otak bisa setara dengan miliaran dolar. Maka, membayar seseorang untuk tidak bekerja—asal tidak bekerja untuk pesaing—kadang lebih masuk akal daripada kehilangannya.
Baca juga : Thunderbolts Sukses Besar! Apakah Ini Tanda Kebangkitan MCU?
Referensi dan Bukti Konkret:
Hindustan Times – Google is hiring techies, paying them to do nothing
TechCrunch – Google is allegedly paying some AI staff to do nothing for a year
Times of India – Google is paying top AI techies to do absolutely nothing